Sinata.id – Senin (29/9/2025) sore, musala yang tengah dipakai ratusan santri Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, untuk salat Asar mendadak ambruk. Hingga Selasa siang, data resmi mencatat 102 orang berhasil dievakuasi, 3 tewas, 77 luka-luka, 25 selamat tanpa cedera, sementara 38 orang masih dinyatakan hilang.
Peristiwa bermula saat proses pengecoran lantai atas dilakukan sejak pagi.
Tiang penyangga diduga tak kuat menahan beban berat, hingga bangunan roboh seketika menimpa para santri yang sedang berjemaah.
Suasana khusyuk seketika berubah menjadi kepanikan massal.
Baca Juga: Update Tragedi Musala Ambruk Ponpes Al Khoziny, Korban Tewas-Luka dan Hilang
Data Lengkap Korban
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan angka yang mencengangkan. Dari total 140 santri dan pekerja yang berada di lokasi, sejauh ini:
-
102 orang sudah berhasil dievakuasi
-
3 korban meninggal dunia
-
77 orang mengalami luka-luka
-
25 orang selamat tanpa cedera
-
38 orang masih dinyatakan hilang
Korban tewas telah teridentifikasi sebagai:
-
Maulana Alfan Abrahimafic (15)
-
Mochammad Mashudulhaq (14)
-
Muhammad Soleh (22)
Suara Korban dari Bawah Reruntuhan
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, mengonfirmasi bahwa tim SAR sempat menjalin komunikasi dengan sejumlah santri yang masih terjebak.
“Kami mendengar suara mereka, itu yang membuat kami optimis. Namun evakuasi harus hati-hati karena kondisi bangunan masih rawan runtuh,” ujarnya.
Petugas menghindari penggunaan alat berat demi mengurangi risiko tambahan.
Namun, situasi di lapangan makin pelik karena kerumunan warga di sekitar lokasi menimbulkan kebisingan yang mengganggu konsentrasi tim SAR.
Korban luka-luka tersebar di beberapa rumah sakit di Sidoarjo. RSUD Sidoarjo merawat 34 pasien, RS Delta Surya menangani 4 korban, dan RS Siti Hajar menampung 38 pasien.
Selain itu, RSUD Notopuro mencatat 40 pasien, dengan 30 di antaranya rawat jalan, delapan masih dirawat inap, dan dua meninggal di IGD.
Direktur RSUD Notopuro, Atok Irawan, menyebut dua korban sempat datang dalam kondisi kritis dan meninggal di zona merah IGD sebelum sempat ditangani lebih lanjut.
KH Abdus Salam Mujib, pengasuh Ponpes Al Khoziny, tak mampu menutupi kesedihan. Ia mengaku pembangunan musala sudah berlangsung hampir 10 bulan. “Hari itu pengecoran terakhir, dari pagi dikerjakan. Jam 12 selesai, tapi sore tiba-tiba jebol. Kami sangat berduka,” ucapnya lirih.
Kegagalan Konstruksi
BNPB menggolongkan peristiwa ini sebagai bencana kegagalan teknologi. Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menekankan pentingnya standar keselamatan konstruksi yang ketat, terutama pada bangunan publik di lingkungan pendidikan.
Hingga berita ini diturunkan, pencarian 38 korban yang masih hilang terus dilakukan. Suara tangisan keluarga terdengar di sekitar lokasi, berharap santri mereka ditemukan dalam keadaan selamat.
Tim gabungan Basarnas, BPBD, TNI, Polri, hingga relawan masih berjibaku di bawah terik matahari dan kondisi bangunan yang rapuh. (A46)