Sinata.id – Ratusan pelajar dari empat sekolah Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, tiba-tiba mengalami gejala mual, muntah, hingga sesak napas setelah menyantap hidangan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Jumlah korban yang sebelumnya puluhan, kini melonjak drastis hingga mencapai 282 siswa.
Kepala Dinas Kesehatan Garut, Leli Yuliani, menegaskan pihaknya terus melakukan pemantauan intensif. Dari total korban, 193 orang sudah dipulangkan dan menjalani rawat jalan di rumah masing-masing. Sementara itu, 81 siswa masih ditangani di Puskesmas Kadungora, dua orang dirawat di Puskesmas Leles, dan enam lainnya terpaksa dirujuk ke RSUD dr. Slamet Garut.
“Mayoritas kondisi para siswa sudah berangsur membaik, namun kami tetap fokus memberikan perawatan maksimal,” ujar Leli, Rabu (1/10/2025).
Dugaan Mengarah ke Susu Bantal
Kasus keracunan massal ini melibatkan siswa SDN 3 Talagasari, SMPN 1 Kadungora, SMP PGRI, hingga SMA Annisa. Semua korban menunjukkan gejala serupa, mual, pusing, muntah, diare, hingga sesak napas.
Salah satu siswi SMP PGRI Kadungora, Salsa Zahra, bercerita bahwa ia menyantap daging rendang dan sayur sekitar pukul 13.00 WIB, lalu meminum susu kemasan bantal cokelat dua jam setelahnya. Tak lama, tubuhnya melemah, perut terasa melilit, hingga harus diberi bantuan oksigen.
Orang tua dan guru menduga susu kemasan yang tidak disimpan di pendingin menjadi penyebab utama keracunan. “Kalau makanan sih aman, menunya bagus. Yang jadi masalah itu susu, anak-anak yang minum siang hari justru sakit,” ungkap Lela Nurlela, guru SDN Talagasari 3.
Pemerintah Tetapkan Status KLB
Meningkatnya jumlah korban membuat Bupati Garut Abdusy Syakur Amien langsung menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Ia menginstruksikan aparat hingga perangkat desa untuk melakukan penyisiran ke kampung-kampung agar tidak ada korban yang terlewat.
“Semua siswa yang terdampak harus mendapat pertolongan medis. Jangan khawatir soal biaya, pemerintah yang tanggung,” tegas Syakur.
Bupati juga memastikan ketersediaan obat-obatan, tenaga medis, dan fasilitas kesehatan dalam kondisi siap. “Saya sudah cek langsung, semua terkendali,” tambahnya.
Program Baik yang Berujung Petaka
Sejatinya, program MBG dihadirkan pemerintah untuk meringankan beban orang tua sekaligus memastikan anak-anak sekolah mendapatkan asupan gizi seimbang. Namun musibah ini membuat kepercayaan publik terguncang.
Sejumlah orang tua berharap evaluasi serius dilakukan agar kejadian serupa tak terulang. “Tujuan program ini sebenarnya mulia, anak-anak terbantu. Tapi kalau sampai begini, tentu kami sangat khawatir,” kata Harun, ayah dari salah satu korban.
Korban Terus Bertambah
Sejak Selasa sore (30/9/2025), gelombang siswa terus berdatangan ke Puskesmas Kadungora. Data awal mencatat 78 korban, namun hingga malam angka itu melonjak menjadi lebih dari seratus, lalu terus naik hingga 282 orang.
Tim kesehatan masih melakukan observasi terhadap puluhan siswa lainnya yang sempat mendapat infus. Mereka dipantau selama delapan jam untuk menentukan apakah bisa dipulangkan atau harus menjalani rawat inap.
Meski sebagian besar siswa kini mulai pulih, kasus keracunan massal ini menjadi tamparan keras bagi pelaksanaan program MBG. Evaluasi rantai distribusi makanan dan minuman, terutama soal penyimpanan susu kemasan, dinilai mendesak dilakukan.
Pemerintah Kabupaten Garut berjanji akan mengusut penyebab pasti keracunan ini, sembari tetap memastikan pelayanan kesehatan berjalan optimal.
“Yang terpenting sekarang adalah keselamatan anak-anak. Setelah itu, tentu evaluasi besar-besaran harus dilakukan,” pungkas Bupati Syakur. (A46)