Sinata.id
  • Indeks
  • Headline
  • News
    • Nasional
    • Regional
    • Dunia
    • Pematangsiantar
    • Simalungun
  • Trending
  • Bisnis
    • Investasi
    • Keuangan
  • Sports
    • Bola
  • Teknologi
    • AI
    • Aplikasi
    • Gadget
    • Game
  • Rileks
    • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Entertainment
      • Seleb
  • Wisata
No Result
View All Result
Sinata.id
No Result
View All Result
Sinata.id
No Result
View All Result
  • INDEKS
  • Headline
  • News
  • Trending
  • Regional
  • Nasional
  • Bisnis
  • Sports
  • Entertainment
  • Teknologi
  • Wisata
  • Religi

Ternyata Bumi Pernah Hampir Membeku Sepenuhnya

Editor: Zainal
14 September 2025 | 08:05 WIB
Rubrik: Sains
cerita tentang bagaimana bumi pernah hampir membeku jutaan tahun lalu. fakta ilmiah dan emosi menyatu dalam kisah snowball earth.

Ilustrasi.

Sinata.id – Bayangkan suatu hari, seluruh permukaan planet kita tertutup es tebal. Samudra-samudra membeku, benua-benua menjadi gurun es tanpa akhir, dan langit biru berubah menjadi kanvas putih membisu. Sulit dipercaya, tetapi para ilmuwan menemukan bukti kuat bahwa bumi pernah hampir membeku sepenuhnya miliaran tahun lalu.

Fenomena ini dikenal dengan nama “Snowball Earth”, dan kisahnya bagaikan thriller kosmik tentang bagaimana kehidupan nyaris lenyap… namun justru bertahan dan berevolusi.

Jejak Beku di Batuan Kuno

Penemuan ini bukan sekadar dongeng. Ahli geologi menemukan lapisan batuan yang hanya bisa terbentuk di iklim glasial ekstrem, tetapi lokasinya kini berada di dekat ekuator. Potongan-potongan bukti itu ditemukan di Afrika, Australia, hingga Kanada.

Mereka menemukan endapan glasial purba yang usianya diperkirakan sekitar 720–635 juta tahun lalu.

Fakta ini memunculkan pertanyaan: jika batuan tropis saja menyimpan jejak es, seberapa parah pendinginan itu? Jawabannya mengejutkan—bumi pernah hampir membeku dari kutub ke kutub.

Baca Juga: Kontroversi Jadi Bumbu Utama Popularitas di Media Sosial

Atmosfer yang Mengkhianati Kehidupan

Para ilmuwan menduga beberapa faktor bekerja bersama untuk mendorong pendinginan ekstrem ini. Salah satunya adalah penurunan kadar gas rumah kaca, terutama karbon dioksida.

Pada masa Neoproterozoikum, aktivitas tektonik memicu pelapukan batuan besar-besaran, menyerap CO₂ dari atmosfer.

Dengan lebih sedikit gas rumah kaca, panas Matahari memantul kembali ke luar angkasa.

Ditambah perubahan albedo—permukaan es memantulkan lebih banyak cahaya—pendinginan menjadi lingkaran setan. Bumi kehilangan kemampuan menyimpan panas, dan pendinginan tak terbendung.

Dunia yang Membeku Total

Visualisasikan dunia yang seluruh samudranya tertutup lapisan es setebal beberapa ratus meter. Gunung-gunung besar menjulang di bawah selimut putih, dan cahaya Matahari yang redup hanya memantul dingin di cakrawala.

Tak ada ombak, tak ada hujan, hanya badai salju global yang abadi.

Di bawah permukaan laut beku, mungkin ada kantong-kantong air asin yang tetap cair, memberi perlindungan bagi mikroorganisme.

Namun di permukaan, hampir semua bentuk kehidupan multiseluler tak mungkin bertahan. Bumi pernah hampir membeku dan menjadi bola salju kosmik.

Hidup Kecil yang Tak Menyerah

Namun, kisah ini bukan hanya tentang kehancuran. Mikroorganisme seperti cyanobacteria—makhluk yang sederhana namun tangguh—diduga bersembunyi di kedalaman laut atau di sekitar ventilasi hidrotermal.

Di tempat-tempat inilah kehidupan berlindung, menunggu momen kebangkitan.

Dalam kegelapan dan suhu ekstrem, kehidupan tetap bernapas.

Seperti cerita ketabahan manusia dalam menghadapi bencana, planet kita pun menyimpan kisah keajaiban: meski bumi pernah hampir membeku, kehidupan tak pernah benar-benar padam.

Atmosfer Menghangat Lagi

Bagaimana bola salju kosmik ini mencair? Aktivitas gunung berapi memegang kunci. Ketika permukaan tertutup es, pelapukan batuan melambat—artinya karbon dioksida yang dilepas gunung berapi tidak lagi terserap.

Dalam jutaan tahun, CO₂ menumpuk di atmosfer. Efek rumah kaca kembali menguat, perlahan-lahan memerangkap panas Matahari.

Ketika level CO₂ cukup tinggi, es mulai retak, lautan kembali mengalir, dan dunia bangkit dari tidur panjangnya. Dalam periode relatif singkat (geologis), Bumi berubah dari beku total menjadi rumah tropis.

Dampak Besar bagi Evolusi

Menariknya, periode setelah pencairan es ini menandai ledakan evolusi kehidupan. Lingkungan yang lebih hangat dan kaya nutrisi membuka jalan bagi munculnya organisme multiseluler kompleks.

Beberapa ilmuwan percaya bahwa kejadian bumi pernah hampir membeku adalah “uji kelayakan” bagi kehidupan—hanya yang paling adaptif yang selamat, dan dari situlah evolusi melesat ke arah yang lebih maju.

Pelajaran untuk Masa Kini

Kisah Snowball Earth bukan sekadar catatan sejarah planet. Ini adalah pengingat betapa rapuhnya keseimbangan iklim.

Perubahan kecil dalam atmosfer dapat mengubah dunia menjadi gurun es atau tungku panas.

Ketika kita berbicara tentang pemanasan global saat ini, ingatan bahwa bumi pernah hampir membeku memberi perspektif baru, planet kita bisa berubah drastis jika kita mengganggu mekanismenya.

Emosi di Balik Data

Bayangkan jika kita hidup pada zaman itu: langit abu-abu, udara tipis, dan lanskap sunyi membentang tanpa suara.

Tidak ada hutan hijau, tidak ada burung bernyanyi, tidak ada samudra biru yang bergelombang.

Hanya putih, dingin, dan keheningan. Gambaran ini menghadirkan rasa haru—betapa kecil dan rapuhnya kehidupan.

Fakta bahwa kehidupan bertahan menunjukkan kekuatan luar biasa dari keberlanjutan alam.

Penelitian yang Terus Berlanjut

Hingga kini, para ilmuwan masih memperdebatkan detail fenomena ini.

Apakah pembekuan benar-benar total, atau hanya hampir menyelimuti seluruh planet?

Sejumlah model iklim modern mencoba merekonstruksi kondisi saat itu.

Beberapa menyebut bahwa mungkin ada “sabuk” tipis air terbuka di sekitar ekuator, tempat fotosintesis terus terjadi.

Namun, tak terbantahkan bahwa bumi pernah hampir membeku hingga membuat seluruh ekosistem berada di ujung kepunahan.

Analoginya dengan Dunia Kita Sekarang

Perjalanan panjang Bumi mengajarkan bahwa perubahan besar membutuhkan waktu jutaan tahun.

Namun, aktivitas manusia mampu mempercepat perubahan iklim hanya dalam hitungan abad.

Jika jutaan tahun lalu Bumi membeku karena penurunan CO₂, kini ia memanas akibat peningkatan gas rumah kaca.

Sejarah ini bukan sekadar catatan masa lalu, tetapi alarm untuk masa depan.

Kisah ini juga menawarkan harapan. Meskipun bumi pernah hampir membeku, kehidupan tak menyerah.

Seperti mikroorganisme yang bertahan di bawah es, manusia juga memiliki kemampuan beradaptasi.

Sains, teknologi, dan kerja sama global memberi kita alat untuk mencegah krisis iklim.

Jika kehidupan bisa bertahan dari bola salju global, kita pun bisa melewati tantangan modern—jika mau belajar dari sejarah planet ini.

Dalam bentang sejarah 4,5 miliar tahun, episode bumi pernah hampir membeku hanyalah satu bab. (A46)

Tags: Bumi

Berita Terkait

inti bumi mencapai suhu ekstrem, namun bumi tidak meledak. simak penjelasan ilmiah yang mengungkap mekanisme luar biasa di balik stabilitas planet kita.
Sains

Mengapa Bumi Tidak Meledak Meski Intinya Lebih Panas dari Matahari?

Editor: Zainal
14 September 2025 | 08:15 WIB

Sinata.id - Bayangkan sebuah bola raksasa yang kita sebut rumah, Bumi. Di balik kerak tipis tempat kita berpijak, ada rahasia...

Baca SelengkapnyaDetails
banyak yang percaya everest adalah gunung tertinggi di dunia. fakta mengejutkan ini mengungkap gunung lain yang bisa menantangnya.
Sains

Gunung Tertinggi di Dunia Bukan Everest? Fakta Mengejutkan di Balik Misteri Puncak Dunia

Editor: Zainal
14 September 2025 | 08:10 WIB

Sinata.id - Ketika mendengar istilah gunung tertinggi di dunia, hampir setiap orang akan spontan menyebut Gunung Everest. Selama puluhan tahun,...

Baca SelengkapnyaDetails
kontroversi kerap dijadikan jalan pintas untuk meraih popularitas di media sosial untuk meningkatkan engagement.
Sains

Kontroversi Jadi Bumbu Utama Popularitas di Media Sosial

Editor: Zainal
10 September 2025 | 01:20 WIB

Kontroversi kerap dijadikan jalan pintas untuk meraih popularitas di media sosial. Fenomena ini tidak hanya dimanfaatkan oleh influencer, tetapi juga...

Baca SelengkapnyaDetails
gen manusia paling tangguh dan rentan dari masa ke masa
Sains

6 Gen Manusia Paling Tangguh dan Rentan dari Masa ke Masa

Editor: Zainal
29 Agustus 2025 | 01:59 WIB

Sinata.id - Ketika mendengar istilah gen manusia, sebagian orang mungkin langsung membayangkan DNA atau ilmu genetika. Namun, dalam konteks sosial,...

Baca SelengkapnyaDetails
apakah tubuh manusia memerlukan alkohol? ini penjelasan lengkapnya
Sains

Apakah Tubuh Manusia Memerlukan Alkohol? Ini Penjelasan Lengkapnya

Editor: Zainal
14 Juli 2025 | 01:25 WIB

Pematangsiantar, Sinata.id — Alkohol telah menjadi bagian dari budaya manusia selama ribuan tahun, baik sebagai minuman rekreasional, bahan dalam upacara...

Baca SelengkapnyaDetails

Berita Terbaru

Wisata

Keluarga Sinamo Gelar Adat Pak-pak Ritual Mengari-ari Tendi untuk Anak Alm Jerdiaman Saragih

14 September 2025 | 09:39 WIB
Sains

Mengapa Bumi Tidak Meledak Meski Intinya Lebih Panas dari Matahari?

14 September 2025 | 08:15 WIB
Sains

Gunung Tertinggi di Dunia Bukan Everest? Fakta Mengejutkan di Balik Misteri Puncak Dunia

14 September 2025 | 08:10 WIB
Sains

Ternyata Bumi Pernah Hampir Membeku Sepenuhnya

14 September 2025 | 08:05 WIB
Kesehatan

10 Penyebab Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan

14 September 2025 | 07:55 WIB
Kesehatan

10 Resep Jamu Herbal Penjaga Imunitas Tubuh

14 September 2025 | 07:50 WIB
Kesehatan

10 Obat Herbal Terbaik untuk Menjaga Tekanan Darah Tetap Stabil

14 September 2025 | 07:45 WIB
Kesehatan

5 Waktu Terbaik Minum Air Putih agar Manfaatnya Maksimal

14 September 2025 | 07:40 WIB
Sosok

Perjalanan Emosional Elon Musk: SpaceX Gagal 3 Kali, Tesla Hampir Bangkrut, dan Pernikahannya Kandas

14 September 2025 | 07:35 WIB
Sosok

Kisah Perjalanan Hidup Kailash Satyarthi, Simbol Perlawanan Kerja Paksa dan Perbudakan di India

14 September 2025 | 07:30 WIB
Sosok

Kisah Perjalanan Hidup Richard Branson, Perjalanan “Anak Bodoh” ke Luar Angkasa

14 September 2025 | 07:25 WIB
Sosok

Kisah Perjalanan Hidup Wangari Maathai, Wanita Afrika Pertama yang Meraih Nobel Perdamaian

14 September 2025 | 07:20 WIB
  • Indeks
  • Pedoman
  • Privacy
  • Redaksi
  • ToS
  • News Map
Seedbacklink

© 2025

logo sinata id new


PT. SINAR KEADILAN UTAMA (SINATA)
Jl. Merpati V No 2, Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12320.

ALAMAT REDAKSI
Jl. Pdt. Justin Sihombing No. 162, Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur, Pematangsiantar, 21139, Sumatera Utara.

📧 redaksisinata @ gmail.com

No Result
View All Result
  • Indeks
  • Headline
  • News
    • Nasional
    • Regional
    • Dunia
    • Pematangsiantar
    • Simalungun
  • Trending
  • Bisnis
    • Investasi
    • Keuangan
  • Sports
    • Bola
  • Teknologi
    • AI
    • Aplikasi
    • Gadget
    • Game
  • Rileks
    • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Entertainment
      • Seleb
  • Wisata

© 2025

logo sinata id new


PT. SINAR KEADILAN UTAMA (SINATA)
Jl. Merpati V No 2, Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12320.

ALAMAT REDAKSI
Jl. Pdt. Justin Sihombing No. 162, Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur, Pematangsiantar, 21139, Sumatera Utara.

📧 redaksisinata @ gmail.com

Sinata.id