Jakarta, Sinata.id – Presiden Prabowo Subianto akhirnya merombak kabinetnya, namun keputusan itu jauh dari bayangan oposisi. Alih-alih menyingkirkan para menteri peninggalan Jokowi, Prabowo memilih menjaga kesinambungan pemerintahan dengan tetap menempatkan sejumlah nama penting di kursi strategis. Keputusan untuk mempertahankan Kapolri Listyo Sigit, Mendagri Tito Karnavian, Erick Thohir, dan Bahlil Lahadalia menunjukkan bahwa prioritas utamanya adalah ketertiban politik dan keamanan nasional.
Salah satu perubahan besar ada di kursi Menteri Keuangan. Sri Mulyani Indrawati akhirnya meninggalkan jabatan yang telah diembannya lebih dari 14 tahun. Posisi itu kini diisi Purbaya Yudhi Sadewa, yang sebelumnya memimpin Lembaga Penjamin Simpanan. Pasar sempat bereaksi negatif, sebab Sri Mulyani dikenal luas sebagai simbol kredibilitas fiskal Indonesia. Namun Prabowo memilih menegaskan arah barunya: konsolidasi lebih penting daripada mempertahankan figur yang selama ini jadi penopang kepercayaan investor global.
Di sisi lain, beberapa menteri dicopot karena kinerjanya dianggap mengecewakan. Budi Arie Setiadi harus keluar setelah gagal membenahi sektor koperasi dan masih dibayangi isu judi online. Dito Ariotedjo pun ikut lengser lantaran tak menunjukkan gebrakan berarti di bidang olahraga, meski semula digadang sebagai representasi generasi muda. Figur lama seperti Budi Gunawan juga tersingkir karena dinilai tidak sesuai dengan format kabinet yang diinginkan Prabowo.
Dari langkah ini tampak jelas: Prabowo ingin menunjukkan kemandirian politik. Ia tidak terikat pada oposisi, juga tidak sepenuhnya bergantung pada bayangan Jokowi. Justru ia memilih jalannya sendiri—jalan tengah yang menekankan pragmatisme dan keberlanjutan. Sikap itu sekaligus meredam tuduhan bahwa Jokowi masih mengatur pemerintahan, sekaligus membuat oposisi kehilangan bahan serangan. Reshuffle ini meneguhkan citra Prabowo sebagai pemimpin yang hati-hati namun tegas dalam mengendalikan arah kekuasaan. (A27)