Oleh: Pdt. Elson Lingga, M.Th , disampaikan di GKPPD Pematangsiantar
Lukas 15:11–32
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Perumpamaan Anak yang Hilang bukan sekadar kisah keluarga, melainkan gambaran hubungan kita dengan Allah. Di dalamnya kita menemukan pesan besar tentang dosa, pertobatan, pengampunan, dan kasih Bapa yang tak pernah luntur.
1. Anak Bungsu: Gambaran Manusia yang Hilang
Anak bungsu melambangkan orang yang menjauh dari Allah, memilih kesenangan dunia, lalu jatuh dalam kehancuran. Namun ketika ia sadar dan pulang, ayahnya menyambut dengan kasih.
Pelajaran: Sejauh apa pun kita tersesat, pintu pertobatan selalu terbuka.
2. Sang Ayah: Kasih Allah yang Menanti
Ayah dalam perumpamaan ini berlari, memeluk, dan merayakan kepulangan anaknya. Tidak ada penghakiman, hanya pelukan kasih.
Pelajaran: Allah tidak menghitung dosa kita, tetapi menanti kita kembali.
3. Anak Sulung: Gambaran Hati yang Keras
Anak sulung merasa lebih layak, iri hati, dan sulit mengerti kasih ayahnya. Ia melambangkan orang yang rajin beribadah tetapi hatinya penuh kepahitan.
Pelajaran: Kesetiaan tanpa kasih hanyalah rutinitas yang hampa.
4. Ilustrasi Kehidupan Nyata
Ada seorang anak muda yang kabur dari rumah, hidup bebas di kota besar. Uang habis, teman meninggalkan, hidupnya berantakan. Dalam keadaan itu ia pulang dengan rasa malu, berharap hanya jadi pekerja. Namun ayahnya berlari, memeluk, dan berkata: “Anakku, rumah ini selalu terbuka bagimu.”
Saudara, begitulah Allah menyambut kita. Kasih-Nya jauh lebih besar daripada rasa malu dan dosa kita.
5. Relevansi Bagi Kehidupan Saat Ini
Banyak orang hidup seperti anak bungsu: mengejar harta, kesenangan, dan melupakan Tuhan.
* Ada yang seperti anak sulung: rajin ke gereja tetapi hatinya iri dan menghakimi.
* Firman ini menegaskan: semua orang butuh kasih karunia Allah. Jalan pulang selalu terbuka.
6. Aplikasi Praktis: Bagaimana Kita Melaksanakan Firman Ini?
a. Kembali kepada Tuhan setiap hari
* Melalui doa pribadi, pembacaan firman, dan ibadah, kita pulang kepada Bapa.
* Tidak perlu menunggu jatuh dalam dosa besar; setiap hari kita butuh kasih karunia-Nya.
b. Belajar mengampuni
* Jangan jadi seperti anak sulung. Jika ada saudara yang bersalah lalu bertobat, sambutlah dengan kasih, bukan penghakiman.
* Ingat: kita pun hidup dari pengampunan Allah.
c. Hiduplah dengan hati yang bersyukur
* Jangan iri ketika orang lain diberkati. Belajar melihat kasih Allah dalam hidup kita sendiri.
* Syukur akan membuka pintu sukacita sejati.
d. Jangan malu untuk pulang
* Mungkin ada jemaat yang merasa terlalu jauh dari Tuhan, terlalu kotor oleh dosa. Ingat: Bapa tidak menutup pintu.
* Pertobatan adalah awal dari pesta rohani.
e. Upah Bagi yang Melaksanakan Firman Ini
* Pengampunan & pemulihan hidup.
* Sukacita sejati yang tidak tergantung pada keadaan.
* Berkat rohani berupa hati yang tenang, damai, dan penuh kasih.
* Hidup kekal sebagai anak-anak Allah di Kerajaan Surga.
Saudara-saudara, kasih Bapa tidak pernah luntur. Baik kita seperti anak bungsu yang jatuh, maupun anak sulung yang keras hati, Allah tetap menanti kita untuk pulang.
Mari kita buka hati, bertobat, bersyukur, mengampuni, dan hidup dalam kasih Allah.
“Saudara-saudara, perumpamaan Anak yang Hilang menegaskan satu hal penting: kasih Allah lebih besar daripada dosa kita, dan pintu pertobatan selalu terbuka. Jangan malu untuk pulang, karena Bapa selalu menanti dengan tangan terbuka. Pulanglah hari ini, dan nikmati sukacita hidup sebagai anak-anak Allah. Amin.” (A27)