Jakarta, Sinata.id – Media asing menyoroti penunjukan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan yang jadi taruhan besar Prabowo. Media kenamaan Inggris, Financial Times, menilai penunjukan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan adalah salah satu langkah paling berani sekaligus penuh risiko yang diambil Presiden Prabowo Subianto pada tahun pertamanya menjabat.
Dalam artikel bertajuk “Indonesia’s economy needs a reboot. Will its new finance minister do the job?”, media itu menyoroti ambisi Prabowo untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, angka yang terakhir kali diraih Indonesia pada era 1990-an.
“Di tangan Purbaya, Prabowo mengalihkan kendali keuangan negara kepada seorang ekonom propertumbuhan untuk menopang ambisinya,” tulis Financial Times, dikutip Rabu (17/9/2025).
Usai dilantik, Purbaya langsung menegaskan visi ekonominya. “Selama kita dapat mengelola permintaan domestik dengan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat, kita dapat tumbuh relatif baik,” ujarnya.
Pasar Bereaksi Hati-hati
Namun, pasar keuangan bereaksi dengan kewaspadaan. Rupiah sempat melemah lebih dari 1 persen setelah kabar pergantian menteri diumumkan. Para investor khawatir pemerintah akan melonggarkan disiplin fiskal dengan melampaui batas defisit 3 persen dari PDB—aturan yang selama ini menjadi jangkar kepercayaan investor asing.
Mark LedgerEvans, manajer portofolio di Ninety One, mengingatkan, “Ketika saatnya tiba, kita perlu melihat apakah pemerintah tetap berpegang pada ortodoksi fiskal atau justru melebar ke defisit lebih tinggi demi mengejar target pertumbuhan.”
Warisan Sri Mulyani dan Perubahan Arah Kebijakan
Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menuai pujian internasional karena berhasil menjaga disiplin fiskal, yang membuat Indonesia meraih peringkat kredit layak investasi. Sebaliknya, Purbaya mengkritik kebijakan fiskal dan moneter era sebelumnya yang dinilainya ikut memicu keresahan sosial. Ia bahkan membuka peluang merevisi target defisit 2026 untuk menyesuaikan anggaran warisan Sri Mulyani.
Sejumlah ekonom menilai langkah ini penuh risiko. Kondisi ekonomi domestik saat ini sedang melemah: konsumsi rumah tangga turun, daya beli menurun, dan pasar tenaga kerja stagnan. IMF pada April lalu juga memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun 2025 dari 5,1 persen menjadi 4,7 persen.
Tekanan Janji Populis
Teuku Riefky, peneliti LPEM UI, menilai Purbaya akan menghadapi tekanan politik besar. “Kementerian Keuangan kini berada di bawah tekanan semakin besar akibat dorongan untuk program populis yang tampaknya akan dilanjutkan oleh menteri baru,” kata Riefky.
Dalam minggu pertamanya, Purbaya mengumumkan transfer dana cadangan sebesar Rp200 triliun ke sektor perbankan untuk merangsang likuiditas. Namun, ekonom senior DBS, Radhika Rao, menilai masalah utamanya bukan likuiditas. “Indikator likuiditas sudah cukup longgar. Tantangannya justru meningkatkan permintaan rumah tangga dan korporasi,” ujarnya. (A46)