Jakarta, Sinata.id – Upacara pelantikan Djamari Chaniago sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) berlangsung khidmat di Istana Negara, Jakarta. Dalam momen bersejarah itu, Djamari berdiri berdampingan dengan Erick Thohir, Muhammad Qodari, Komjen (Purn) Ahmad Dofiri, dan Angga Raka Prabowo. Keseragaman mereka dengan dasi biru muda memberi kesan soliditas dan kebersamaan.
Penunjukan Djamari Chaniago menjadi jawaban atas kekosongan kursi Menko Polkam setelah Budi Gunawan resmi mengundurkan diri. Selama masa transisi, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin sempat memegang posisi tersebut secara ad interim. Situasi ini sempat memunculkan pertanyaan publik terkait kesinambungan koordinasi keamanan nasional, sebelum akhirnya Presiden Prabowo Subianto meneken Keputusan Presiden (Keppres) untuk pengangkatan Djamari.
Prosesi pelantikan dimulai dengan pembacaan Keppres oleh Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara, Nanik Purwanti. Suasana semakin hening ketika Djamari mengucapkan sumpah jabatan, mengulang setiap kata yang didiktekan Presiden Prabowo. Dengan suara tegas ia berikrar: setia pada UUD 1945, menaati peraturan perundang-undangan, serta bekerja penuh tanggung jawab demi pengabdian kepada bangsa dan negara. Ia juga menegaskan komitmennya untuk menjunjung tinggi etika jabatan dan menjalankan tugasnya dengan integritas.
Acara tersebut dihadiri para menteri Kabinet Merah Putih, pimpinan lembaga tinggi negara, serta pejabat TNI-Polri. Kehadiran para tokoh penting itu mencerminkan betapa strategisnya peran Menko Polkam dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan nasional.
Djamari Chaniago sendiri bukanlah sosok asing di dunia militer. Sebagai purnawirawan TNI Angkatan Darat dengan jabatan terakhir sebagai Komandan Jenderal Komando Strategis Angkatan Darat (Danjen Kostrad), ia dikenal luas karena pengalamannya dalam strategi dan operasi militer. Reputasinya sebagai perwira berpengalaman memberi keyakinan bahwa ia mampu memperkuat koordinasi lintas sektor keamanan.
Profil Djamari Chaniago
Djamari Chaniago, tokoh militer kelahiran Padang, Sumatera Barat, 8 April 1949, kembali menjadi sorotan publik setelah resmi ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Republik Indonesia pada 17 September 2025. Karier panjangnya di dunia militer dan pengalaman di ranah sipil menempatkannya sebagai sosok berpengaruh di lingkar kekuasaan nasional.
Awal Kehidupan dan Pendidikan
Djamari lahir dari keluarga angkatan darat di Sumatera Barat. Kedisiplinan militer yang melekat sejak kecil membentuk karakternya. Ia menempuh pendidikan militer di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) dan lulus pada 1971. Dari sinilah langkah panjangnya di dunia kemiliteran dimulai, dengan kesatuan Infanteri—Baret Hijau Kostrad—menjadi tempat pengabdian awalnya.
Karier Militer yang Gemilang
Sejak ditempatkan di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada 1974, Djamari menunjukkan kepemimpinan tangguh di berbagai medan tugas. Ia terlibat dalam operasi-operasi penting di Aceh dan Timor Timur pada rentang 1970-an hingga 1990-an.
Jejak kariernya meliputi posisi strategis seperti:
-
Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 330/Tri Dharma.
-
Komandan Komando Distrik Militer (Kodim) 0501 Jakarta Pusat (1988–1990).
-
Kepala Staf Brigade Infanteri 18 Kostrad.
Pada 1994, pangkatnya naik menjadi kolonel saat menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 18 Kostrad. Tak lama kemudian, ia memimpin Resimen Induk Kodam I/Bukit Barisan dan dipromosikan menjadi brigadir jenderal. Tahun 1995, ia dipercaya menjadi Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad.
Prestasinya berlanjut ketika pada 1997 ia diangkat sebagai Panglima Kodam III/Siliwangi, dan pada 1998 menjadi Panglima Kostrad. Karier militernya mencapai puncak ketika dilantik sebagai Kepala Staf Umum TNI pada 8 Maret 2000, menggantikan Suaidi Marasabessy, sebelum akhirnya pensiun pada 2004.
Pengalaman Sipil dan Dunia Korporasi
Selain di dunia militer, Djamari juga menorehkan jejak di panggung politik dan bisnis. Ia sempat duduk sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mewakili Fraksi Utusan Daerah Jawa Barat (1997–1998) dan Fraksi ABRI (1998–1999). Pengalaman ini memberinya pemahaman mendalam tentang dinamika politik nasional.
Pada 2015 hingga 2016, Djamari dipercaya sebagai Komisaris Utama PT Semen Padang. Kiprah ini memperluas pengalamannya di sektor korporasi, memperkuat citranya sebagai pemimpin yang adaptif baik di ranah militer maupun sipil.
Penghargaan dan Tanda Kehormatan
Selama pengabdiannya, Djamari Chaniago menerima berbagai tanda kehormatan, baik dari dalam negeri maupun internasional. Beberapa di antaranya meliputi:
-
Bintang Yudha Dharma Pratama.
-
Bintang Kartika Eka Pratama.
-
Bintang Yudha Dharma Nararya.
-
Bintang Kartika Eka Paksi Nararya.
-
Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun.
-
Satyalancana Seroja.
-
Satyalancana Santi Dharma.
-
The Second United Nations Emergency Force (UNEF II) Medal.
-
Panglima Setia Angkatan Tentera (PSAT), dianugerahkan pada 17 September 2001.
Penghargaan-penghargaan tersebut menjadi bukti dedikasi Djamari dalam menjaga kedaulatan dan stabilitas negara.
Penunjukan sebagai Menko Polkam
Kembalinya Djamari ke panggung nasional melalui jabatan Menko Polkam pada 2025 dinilai sebagai langkah strategis. Dengan pengalaman tempur, kepemimpinan, dan pemahaman politik yang mendalam, ia diharapkan mampu menjaga keamanan serta stabilitas politik di masa penuh tantangan.
Sebagai sosok berpengalaman yang pernah mengawal operasi-operasi penting di masa lalu, Djamari kini memikul tanggung jawab baru di level tertinggi koordinasi keamanan negara. Rekam jejaknya memberi harapan bahwa ia dapat menghadapi dinamika politik dan keamanan dengan ketegasan dan kebijaksanaan.
Djamari Chaniago bukan sekadar figur militer. Perjalanannya dari prajurit Kostrad hingga menjadi Menko Polkam memperlihatkan dedikasi panjang dan komitmen tinggi terhadap bangsa. Kehadirannya di kabinet saat ini menjadi simbol bahwa pengalaman dan integritas tetap menjadi fondasi penting dalam menjaga keamanan dan politik Indonesia. (A46)