Sinata.id – Ousmane Dembele resmi menahbiskan dirinya sebagai bintang baru setelah meraih Ballon d’Or 2025, sekaligus mengukuhkan Prancis sebagai “Raja Sepak Bola” dunia modern dengan koleksi trofi terbanyak dalam sejarah penghargaan bergengsi tersebut.
Sepak bola Prancis kembali menorehkan tinta emas dalam buku sejarah. Ousmane Dembele, winger gesit milik Paris Saint-Germain, resmi dinobatkan sebagai pemenang Ballon d’Or 2025. Malam penghargaan yang digelar French Football dini hari tadi seakan menjadi panggung pembuktian bahwa dominasi Les Bleus di pentas sepak bola dunia belum pudar.
Dari 30 nama yang masuk daftar kandidat, Dembele berhasil menyingkirkan para pesaing kelas dunia seperti wonderkid Barcelona Lamine Yamal, mesin gol Liverpool Mohamed Salah, hingga rekan setimnya di PSG, Vitinha. Dengan kemenangan ini, ia mempertegas posisi Prancis sebagai negara dengan koleksi terbanyak pemain peraih Ballon d’Or, tak ada negara lain yang mampu menyaingi catatan tersebut.
Namun, untuk memahami betapa istimewanya capaian Dembele, kita harus menoleh ke belakang. Prancis punya jejak panjang dalam menelurkan pemain-pemain legendaris yang mampu merebut trofi emas paling bergengsi di dunia sepak bola ini.
Raymond Kopa: “Napoleon” di Lapangan Hijau
Sejarah dimulai dari Raymond Kopa. Pada 1958, ia menjadi orang Prancis pertama yang menyentuh Ballon d’Or. Dijuluki “Napoleon sepak bola”, Kopa adalah maestro serangan dengan dribel lincah dan visi tajam. Bersama Real Madrid, ia menjadi bagian penting dari dominasi Eropa di era 1950-an, termasuk tiga gelar Piala Champions secara beruntun.
Tak hanya di level klub, Kopa juga mengangkat wajah Prancis di Piala Dunia 1958, mengantar Les Bleus ke semifinal sebelum dihentikan Brasil. Sebuah pencapaian monumental yang kemudian membuatnya menerima Légion d’Honneur pada 1970, penghargaan tertinggi dari negara asalnya.
Michel Platini: Sang Arsitek Tiga Kali Beruntun
Setelah Kopa, giliran Michel Platini mengambil alih panggung dunia. Gelandang kreatif ini mencetak sejarah dengan meraih Ballon d’Or tiga kali berturut-turut, 1983, 1984, dan 1985, sesuatu yang belum pernah dicapai pemain Prancis lainnya.
Platini adalah orkestra di lapangan, pemilik tendangan bebas mematikan, sekaligus pemimpin yang membawa Prancis menjuarai Euro 1984. Catatan sembilan gol dalam lima laga Euro adalah bukti betapa ia bukan sekadar pengatur serangan, tapi juga mesin gol yang menakutkan. Bersama Juventus, Platini mengangkat trofi Serie A hingga Piala Eropa, mengukuhkan namanya sebagai legenda sejati.
Jean-Pierre Papin: “Papinades” yang Abadi
Masuk era 1990-an, giliran Jean-Pierre Papin yang menyumbang Ballon d’Or untuk Prancis pada 1991. Ia melakukannya dengan cara spektakuler, menjadi pemain pertama Ligue 1 yang memenangkan penghargaan tersebut.
Papin identik dengan gol-gol spektakuler, terutama volley jarak jauh yang dikenal dengan sebutan “Papinades”. Bersama Olympique Marseille, ia mengoleksi empat gelar Ligue 1 beruntun dan menjadi top skorer liga lima musim berturut-turut. Puncaknya, ia mengantar Marseille ke final Liga Champions 1991, meski harus puas sebagai runner-up.
Konsistensi dan ketajamannya akhirnya membuatnya menerima Légion d’Honneur pada 2005, sebuah pengakuan akan kontribusinya bagi sepak bola Prancis.
Zinedine Zidane: Elegansi yang Abadi
Nama Zinedine Zidane tak mungkin dilewatkan. Pada 1998, ia mengangkat Ballon d’Or setelah membawa Prancis menjadi juara dunia di rumah sendiri. Dua sundulan ikoniknya di final melawan Brasil bukan hanya gol, melainkan simbol lahirnya generasi emas baru bagi sepak bola Prancis.
Zidane dikenal sebagai gelandang dengan sentuhan magis. Kontrol bola, visi permainan, dan keanggunannya di lapangan menjadikannya ikon yang melampaui sekadar pencetak prestasi. Bersama Juventus, ia mengoleksi gelar Serie A dan tampil konsisten di level Liga Champions, sebelum akhirnya menorehkan kisah legendaris bersama Real Madrid.
Dembele Melanjutkan Estafet
Kini, giliran Ousmane Dembele yang menambahkan namanya ke daftar eksklusif itu. Dari Kopa, Platini, Papin, Zidane, hingga Karim Benzema di 2022, dan kini Dembele di 2025, Prancis sekali lagi menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar produsen talenta, melainkan penguasa panggung Ballon d’Or.
Dembele mungkin baru memulai babak kepemimpinannya, tetapi satu hal pasti, estafet kejayaan Prancis di dunia sepak bola terus berjalan. Dan malam penghargaan Ballon d’Or 2025 hanyalah permulaan dari kisah yang lebih besar. (A46)