Sinata.id – Tangisan pecah di posko darurat Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Seorang ibu, dalam sebuah video yang beredar berulang kali menjerit, “Ya Allah, anakku belum ketemu… anakku hilang!”.
Jeritan itu mewakili puluhan wali santri yang nasib dan keberadaannya masih belum diketahui usai musala pesantren ambruk.
Musala Runtuh Saat Salat Ashar
Musala Al Khoziny ambruk pada Senin sore, ketika ratusan santri tengah menjalankan salat Ashar berjemaah.
Dalam hitungan detik, bangunan empat lantai itu roboh dan menimpa para santri yang berada di dalamnya.
Suara gemuruh disusul debu pekat menyelimuti kawasan pesantren.
Panik dan jeritan minta tolong langsung terdengar dari balik reruntuhan beton yang berat.
Hingga malam, tim SAR gabungan bersama TNI, Polri, BPBD, dan relawan terus berupaya menyingkirkan puing.
Sesekali terdengar suara lirih dari dalam tumpukan beton, pertanda masih ada santri yang berjuang hidup.
Suara itulah yang menjadi penguat para penyelamat untuk terus bekerja meski situasi penuh risiko.
Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, mengatakan proses evakuasi menghadapi kendala besar.
“Material bangunan berat dan posisi korban tersebar. Kami harus hati-hati karena dikhawatirkan terjadi runtuh susulan,” tegasnya.
Puluhan Santri Masih Hilang
Data terbaru mencatat jumlah santri yang belum ditemukan bertambah menjadi 65 orang.
Sebelumnya, hanya 26 nama dalam daftar pencarian.
Peningkatan itu menambah kepanikan para orangtua yang terus berdatangan dari berbagai daerah, termasuk Madura dan kota-kota lain.
Seorang wali santri bernama Saifuddin, asal Sampang, tak kuasa menahan air mata saat mengetahui anaknya belum ditemukan.
“Anakku enggak ketemu, tolong anakku,” ujarnya lirih.
Baca Juga: 65 Santri Masih Hilang dalam Kejadian Horor Musala Ponpes Ambruk di Sidoarjo
Ratusan Korban Dievakuasi, Satu Santri Meninggal
Hingga malam, 84 santri berhasil dievakuasi.
Sebanyak 83 orang menjalani perawatan di tiga rumah sakit, sementara seorang santri berusia 11 tahun, Alfian Ibrahim asal Bangkalan, meninggal dunia usai dirawat di RSI Siti Hajar.
Rinciannya, 34 korban dirawat di RSUD Sidoarjo, 45 di RSI Siti Hajar, dan 4 lainnya di RS Delta Surya.
Sejumlah santri sudah diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan medis.
Di posko korban, puluhan orangtua menunggu dengan wajah pucat, sebagian berdoa, sebagian lainnya menangis histeris.
Setiap kali nama anak mereka diumumkan masuk daftar hilang, jeritan pilu tak terbendung.
“Ya Allah, anakku belum ketemu… anakku hilang,” kalimat itu berulangkali terdengar dari salah satu wali santri. (A46)