Sinata.id – Tragedi memilukan terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Musala berlantai empat yang baru saja selesai dibangun ambruk seketika pada Senin sore (29/9/2025), tepat saat ratusan santri tengah menunaikan salat Asar berjemaah.
Deru cor-coran beton diduga runtuh bersamaan dengan lantunan doa para santri yang khusyuk bersujud. Dalam sekejap, suasana sakral berubah menjadi kepanikan dan jeritan minta tolong. Hingga Jumat (3/10/2025), tim SAR gabungan menemukan total sembilan jenazah, salah satunya dalam posisi masih sujud di bawah reruntuhan.
Jasad Ditemukan dalam Posisi Sujud
Salah satu kisah paling menggetarkan adalah ditemukannya jasad Rafi Catur Okta Mulya (17). Santri muda itu dievakuasi dari zona A1 dekat pintu masuk musala. Saat ditemukan, tubuhnya sudah tak bernyawa, terhimpit beton, namun masih dalam posisi sujud.
“Korban ditemukan meninggal dengan posisi sujud, berdekatan dengan seorang santri lain yang berhasil selamat,” ujar Direktur Operasi Basarnas sekaligus SAR Mission Coordinator, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo.
Santri yang selamat itu adalah Syahlendra Haical (13). Ia dievakuasi setelah jasad Rafi berhasil dikeluarkan lebih dulu. Haical masih bisa bernapas, meski tubuhnya penuh luka akibat terjepit puing.
Baca Juga: Korban Tewas Musibah Ponpes Al Khoziny Bertambah Jadi 9 Orang
Jumlah Korban Terus Bertambah
Hingga hari kelima, jumlah korban meninggal dunia mencapai sembilan orang. Data BNPB mencatat total 166 orang terdampak tragedi ini, 14 masih dirawat di rumah sakit, 89 sudah diperbolehkan pulang, dan 54 santri masih dalam pencarian.
“Penemuan korban terus bertambah. Hingga saat ini total sembilan santri meninggal dunia sejak hari pertama kejadian,” ungkap Kepala Pusat Data BNPB, Abdul Muhari.
Evakuasi difokuskan di area musala dan tempat wudhu yang tertimbun beton tebal. Dua korban tambahan bahkan ditemukan di lokasi wudhu pada Jumat siang.
Tim SAR Bekerja Siang-Malam, Keluarga Ikhlas
Lebih dari 400 personel gabungan dari Basarnas, TNI-Polri, BPBD, pemadam kebakaran, relawan, dan berbagai unsur masyarakat masih berjibaku di lapangan. Pencarian dilakukan 24 jam bergantian, dibantu alat berat, crane, hingga perangkat deteksi modern.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menegaskan, fokus pencarian kini adalah mengangkat jenazah dengan aman, karena hasil pemeriksaan tidak lagi menunjukkan adanya tanda-tanda korban selamat.
Keluarga para korban pun sudah mengikhlaskan, meski harus menerima kenyataan bahwa jasad anak-anak mereka mungkin ditemukan dalam kondisi tak utuh. “Seluruh keluarga sudah diberi penjelasan. Mereka merelakan, karena tanda-tanda kehidupan sudah tidak ada,” kata Suharyanto.
Tragedi musala ambruk saat santri sedang sujud ini meninggalkan luka mendalam bagi dunia pendidikan pesantren. Publik pun ramai mempertanyakan standar konstruksi bangunan, mengingat musala yang baru selesai dibangun justru menjadi kuburan massal bagi para santri yang tengah beribadah.
Bagi keluarga korban, sujud terakhir anak-anak mereka menjadi saksi bisu sekaligus pengingat betapa rapuhnya hidup manusia. Dari balik reruntuhan, kisah doa yang terhenti itu kini berubah menjadi duka yang akan dikenang selamanya. (A46)
sumber: sindonews | pikiranrakyat | detik