Oleh: Pastor Dion Panomban
Saat Teduh Abba Home Family edisi Senin, 13 Oktober 2025.
Mengingatkan bahwa setiap orang percaya seharusnya hidup dalam kemenangan, karena Kristus sendiri telah menjadikan kita lebih dari pemenang.
Tuhan Yesus berkata kepada orang Yahudi yang baru percaya, “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. (Yohanes 8:31-32). Melalui kebenaran inilah hidup manusia dibebaskan dari kebinasaan, kebodohan, kemiskinan, sakit penyakit, serta berbagai keterikatan yang membelenggu.
Perjumpaan dengan Tuhan yang adalah Kebenaran menjadi kunci utama untuk mengalami kemerdekaan sejati. Namun, pertanyaannya: apakah kita sungguh telah mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan dalam perjalanan iman kita? Apakah kita tetap percaya kepada-Nya, baik di masa susah maupun senang?
Renungan ini mengajak setiap orang percaya untuk membangun iman di atas dasar yang kudus dengan menempatkan Kristus sebagai pusat kehidupan.
Dalam pembacaan Alkitab Roma 8:35-39 (TB), Rasul Paulus menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus — tidak penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, maupun pedang.
“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:37)
Paulus yakin bahwa baik maut maupun hidup, malaikat maupun pemerintah, hal-hal yang sekarang maupun yang akan datang, tidak akan pernah mampu memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus Yesus.
Renungan ini menantang kita untuk melihat:
1. Apa yang membuat kita lebih dari pemenang?
2. Apa yang berusaha memisahkan kita dari kasih Allah?
3. Di mana posisi Paulus karena imannya kepada Kristus?
4. Seberapa kuat keyakinan iman Paulus?
5. Dan bagaimana kondisi iman kita dibandingkan dengan Paulus?
Saat teduh ini menjadi ajakan untuk meneguhkan iman dan tidak goyah menghadapi tantangan hidup, sebab kasih Kristus adalah jaminan kemenangan kita.
“Tidak ada kuasa di bumi maupun di sorga yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Di dalam Dia, kita bukan hanya bertahan — tetapi hidup sebagai pemenang sejati.” (A27)