Sinata.id – Drama perdagangan saham Indonesia hari ini bak roller coaster. Setelah sempat terjun bebas di awal perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya menutup sesi pertama di jalur hijau. Di tengah kekhawatiran global akibat ancaman tarif besar-besaran dari Donald Trump terhadap China, pasar domestik justru menemukan momentum kebangkitannya.
IHSG menutup sesi pertama perdagangan Senin (13/10/2025) dengan penguatan tipis 0,02% di level 8.259. Padahal, hanya beberapa jam sebelumnya, indeks utama Indonesia itu sempat merosot hingga 1% akibat tekanan sentimen global.
Aktivitas perdagangan juga mencatatkan geliat luar biasa: transaksi mencapai Rp14,59 triliun dengan total 23,31 miliar saham berpindah tangan. Namun, di sisi lain, nilai tukar rupiah belum menunjukkan ketahanan yang sama. Pada pukul 12.40 WIB, mata uang Garuda melemah 0,13% menjadi Rp16.575 per dolar AS.
Di tengah tekanan global, justru sektor transportasi, energi, dan konsumen primer tampil sebagai penyelamat. Ketiganya menjadi lokomotif kebangkitan IHSG dengan masing-masing mencatat penguatan 2,81%, 1,74%, dan 1,39%.
Baca Juga: PIK 2 Dicoret dari PSN, Pemerintah Prabowo Rombak Daftar Proyek Strategis
Dari lantai bursa, sejumlah saham transportasi mencuri perhatian. PT Transkon Jaya Tbk (TRJA) melesat 25,1%, sementara PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk (ELPI) menanjak 24,7%. Bahkan, maskapai kebanggaan nasional, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), ikut terbang tinggi dengan kenaikan 9,56%.
Sektor energi juga ikut mengobarkan semangat positif. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) melonjak 13,9%, PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) menambah 5,51%, dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menguat 4,71%.
Tak ketinggalan, saham unggulan LQ45 pun turut menambah tenaga IHSG. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) menanjak 6,19%, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menguat 5,41%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melesat 2,92%.
Namun, di luar euforia domestik, bursa Asia justru masih berwarna merah darah. Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 2,55%, Shenzhen Composite tertekan 1,48%, Kospi Korea Selatan tergelincir 1,11%, dan Strait Times Singapura turun 1,08%. Bahkan Shanghai Composite ikut melemah 0,46%, sementara FTSE Malaysia KLCI susut 0,43%.
Efek Domino dari Wall Street dan Ancaman Tarif Trump
Penurunan bursa Asia tak lepas dari efek domino Wall Street. Pada akhir pekan lalu, pasar saham Amerika Serikat ambruk bersamaan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,9%, S&P 500 merosot 2,71%, sementara Nasdaq Composite terjun paling dalam hingga 3,56%.
Penyebab utamanya? Presiden AS Donald Trump kembali memainkan kartu tarifnya. Dalam pernyataan yang mengguncang pasar, Trump mengancam akan menaikkan tarif impor China hingga 100% mulai 1 November 2025. Ia menyebut langkah itu sebagai “kenaikan besar-besaran” untuk menekan Beijing agar tunduk dalam negosiasi perdagangan.
Tak tinggal diam, China menyerukan dialog lanjutan sambil memperingatkan bahwa mereka tak segan melakukan aksi balasan. Jika konflik dagang ini benar-benar membara, pertemuan Trump dan Xi Jinping yang dijadwalkan bulan ini bisa berubah menjadi panggung diplomasi panas.
Awan Perang Dagang dan Bayang-Bayang Resesi Teknologi
Phintraco Sekuritas dalam riset paginya menilai, langkah agresif Trump itu dapat memicu perang dagang jilid baru dan mengganggu rantai pasok global, terutama di sektor teknologi dan kendaraan listrik.
Langkah ini muncul hanya beberapa hari setelah Beijing memperketat ekspor mineral tanah jarang, bahan baku penting dalam industri semikonduktor dan pertahanan.
“Ketegangan AS–China ini jelas menjadi sentimen negatif jangka pendek bagi pasar global. Apalagi jika ancaman tarif Trump ini bukan sekadar strategi negosiasi, tapi benar-benar dijalankan,” tulis analis Phintraco dalam riset tersebut.
Tak hanya itu, pelaku pasar juga tengah menanti kejelasan soal ancaman penutupan sebagian layanan pemerintahan AS (government shutdown) yang sudah memasuki minggu ketiga. Bersamaan dengan itu, data penting seperti inflasi, neraca perdagangan, dan aktivitas perbankan China juga sedang ditunggu investor global. [zainal/a46]