Sinata.id – Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) memulai pembangunan Gerai Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih) di Desa Wanajaya, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Peresmian ditandai dengan peletakan batu pertama yang menjadi simbol dimulainya pembangunan fisik koperasi di seluruh tanah air. Tidak tanggung-tanggung, tahap awal ini mencakup 800 gerai fisik dari total 80 ribu unit koperasi desa yang ditargetkan berdiri secara nasional.
“Kita mulai proses peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan fisik gudang, gerai, dan sarana pendukung lainnya,” ujar Menteri Koperasi dan UKM Ferry Juliantono, Sabtu (18/10/2025).
Baca Juga: Bitcoin Gagal Jadi ‘Emas Digital’, Pasar Kripto Ambruk Triliunan Rupiah!
Ferry menegaskan bahwa seluruh regulasi teknis kini telah rampung, termasuk Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang menjadi payung hukum operasional Kopdes Merah Putih. Dengan dukungan lintas kementerian dan lembaga (K/L), koperasi ini ditargetkan beroperasi efektif mulai Oktober 2025.
Namun, ia tak menampik adanya keterlambatan jadwal. Awalnya, pemerintah menargetkan operasional penuh pada akhir tahun 2025, namun target tersebut kini mundur hingga Januari 2026. Meski begitu, Ferry optimistis, keterlibatan berbagai pihak akan mempercepat penyelesaian konstruksi.
Kolaborasi dengan TNI
Menariknya, proyek nasional ini juga melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Keterlibatan militer bukan tanpa alasan. Pemerintah mengkategorikan proyek ini sebagai operasi militer non-perang yang bersifat strategis untuk memperkuat ketahanan ekonomi desa di seluruh nusantara.
“Keterlibatan TNI akan mempercepat proses konstruksi, karena program ini bersifat strategis untuk memperkuat fondasi ekonomi masyarakat desa,” ujar Ferry.
Dalam implementasinya, PT Agrinas Pangan Nusantara ditunjuk sebagai pelaksana utama, sementara TNI akan membantu pembangunan infrastruktur dasar seperti gudang, gerai, serta kendaraan operasional.
Meski ambisi besar sudah di depan mata, pemerintah mengakui ada delapan tantangan utama yang harus ditaklukkan agar program Kopdes Merah Putih sukses berkelanjutan.
Tantangan tersebut, di antaranya adalah rendahnya partisipasi masyarakat dan kesadaran akan pentingnya koperasi, citra negatif akibat kasus koperasi bermasalah dan pinjol ilegal berkedok koperasi, koperasi desa masih dianggap belum adaptif terhadap kemajuan teknologi, perbedaan skala ekonomi antar desa yang cukup signifikan.
Adapun tantangan lain yaitu keterbatasan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia di setiap daerah, risiko munculnya elite capture dalam pembentukan pengurus koperasi, potensi terjadinya fraud akibat pengelolaan yang kurang transparan dan akuntabel, tantangan keberlanjutan lembaga koperasi agar bisa bertahan jangka panjang. [zainal/a46]