Sinata.id – Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang dijalankan Bulog menunjukkan hasil positif, dengan harga rata-rata nasional kini turun menjadi Rp12.432 per kilogram.
Harga beras SPHP mulai mereda, berdasarkan data Panel Harga Pangan milik Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Sabtu (18/10/2025) pukul 08.30 WIB, harga rata-rata beras SPHP kini turun 0,54 persen dari Harga Eceran Tertinggi (HET) nasional Rp12.500 per kilogram di tingkat konsumen.
Harga Beras Turun Serentak di Semua Zona
Tren penurunan harga ini terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia. Di zona 1, harga beras SPHP tercatat Rp12.160 per kilogram. Sementara zona 2 berada di angka Rp12.761 per kilogram, dan zona 3 sedikit lebih tinggi di Rp13.340 per kilogram. Semuanya kini berada di bawah ambang batas HET nasional.
Bulog menyebut penurunan harga ini tak lepas dari keberhasilan program SPHP yang gencar dilakukan di berbagai daerah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan mencatat, Indeks Perkembangan Harga (IPH) minggu kedua Oktober 2025 menunjukkan turunnya harga beras di 190 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Trump Dorong Rusia dan Ukraina Segera Berdamai
Rata-rata penyaluran SPHP mencapai 40 sampai 50 ribu ton per bulan. Distribusinya didominasi pasar tradisional hingga 60 persen, sisanya terbagi di ritel modern dan program intervensi langsung, demikian diungkap Bulog dalam keterangan resminya.
Beras Premium Masih Mahal
Meski harga beras SPHP turun, beras premium justru menunjukkan tren sebaliknya. Secara nasional, harga beras premium di tingkat konsumen kini menembus Rp15.794 per kilogram, naik 6 persen dari HET nasional sebesar Rp14.900 per kilogram.
Rinciannya, di zona 1 harga premium berada di Rp15.285 per kilogram, zona 2 mencapai Rp16.234 per kilogram, dan zona 3 bahkan menembus Rp18.429 per kilogram. Kenaikan ini membuat jarak dengan HET kian lebar, mengingat batas harga di zona 3 seharusnya hanya Rp15.800 per kilogram.
Sementara itu, harga beras medium mulai menunjukkan sinyal penurunan di sejumlah wilayah. Namun secara rata-rata nasional, justru masih naik tipis menjadi Rp13.649 per kilogram atau 1,1 persen di atas HET nasional Rp12.500 per kilogram. Harga rata-rata di zona 1 tercatat Rp13.332 per kilogram, zona 2 Rp13.889 per kilogram, dan zona 3 menyentuh Rp15.707 per kilogram.
Selain beras, sejumlah bahan pokok lain juga mengalami pergerakan harga yang cukup menarik. Harga telur ayam ras secara nasional berada di level Rp29.729 per kilogram, sedikit di bawah Harga Acuan Penjualan (HAP) nasional Rp30.000 per kilogram.
Untuk gula konsumsi, harganya masih di atas HAP. Secara nasional, rata-rata harga gula berada di Rp17.762 per kilogram, atau 1,5 persen lebih tinggi dari acuan Rp17.500 per kilogram.
Berbeda dengan itu, harga bawang merah justru menurun signifikan hingga 8,13 persen, menjadi Rp38.127 per kilogram. Sementara bawang putih bonggol ikut terkoreksi 9,36 persen, kini berada di Rp36.257 per kilogram dari kisaran acuan Rp38.000 hingga Rp40.000 per kilogram.
Daging Ayam dan Cabai Turun Tajam
Daging ayam ras juga tercatat turun 6,32 persen menjadi Rp37.459 per kilogram dari HAP nasional Rp40.000. Untuk cabai rawit merah, harga rata-rata nasional kini berada di Rp42.230 per kilogram, anjlok hingga 27,67 persen dibandingkan kisaran acuan Rp40.000 hingga Rp57.000 per kilogram.
Cabai merah keriting juga mencatatkan penurunan tipis, kini berada di level Rp54.417 per kilogram, atau turun sekitar 1 persen dari kisaran HAP nasional Rp37.000–Rp55.000 per kilogram.
Minyak Goreng Masih Bandel
Di sisi lain, harga minyak goreng curah masih sulit turun. Berdasarkan data nasional, rata-rata harga minyak goreng curah kini berada di Rp17.299 per liter, atau 10,18 persen lebih tinggi dari HET produk Minyakita yang ditetapkan sebesar Rp15.700 per liter.
Penurunan harga beras SPHP memberi harapan baru bagi kestabilan pangan nasional menjelang akhir tahun.
Namun di sisi lain, tantangan masih ada pada komoditas lain seperti minyak goreng dan gula, yang harganya belum sepenuhnya terkendali.
Pemerintah bersama Bulog disebut akan terus memperkuat operasi pasar agar efek stabilisasi ini dapat dirasakan merata oleh masyarakat hingga ke daerah-daerah. [zainal/a46]