Sinata.id – Topan Fengshen yang menerjang Filipina akhir pekan lalu meninggalkan jejak kehancuran. Sedikitnya delapan orang tewas, ribuan warga mengungsi, dan wilayah tengah negara itu porak-poranda diterjang banjir serta longsor. Otoritas setempat kini memperingatkan badai yang dikenal lokal sebagai Ramil itu berpotensi menguat saat bergerak menuju China dan Vietnam.
Hujan deras yang turun tanpa henti sejak akhir pekan memicu banjir besar dan tanah longsor di berbagai provinsi, menelan korban jiwa dan memaksa ribuan orang mengungsi ke tempat aman.
Otoritas Kantor Pertahanan Sipil Filipina mengonfirmasi sedikitnya delapan orang tewas, termasuk satu keluarga beranggotakan lima orang yang kehilangan nyawa saat rumah mereka tertimpa pohon tumbang. “Kami menemukan jasad mereka di bawah reruntuhan,” ujar juru bicara lembaga itu, Junie Castillo, Senin (20/10/2025).
Baca Juga: Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Kargo Emirates di Hong Kong Bertambah
Sementara itu, Badan Meteorologi Filipina (Pagasa) memperingatkan bahwa Fengshen masih berpotensi menguat. Saat ini badai tersebut memiliki kecepatan angin maksimum sekitar 65 kilometer per jam, namun diperkirakan akan berubah menjadi badai tropis parah setelah keluar dari wilayah Filipina dan melintasi Laut China Selatan.
Badan Meteorologi Jepang turut memantau pergerakannya dan memprediksi Fengshen akan menuju Pulau Hainan, China, sebelum akhirnya melintas ke Da Nang, Vietnam. Negara-negara di jalur lintasan badai kini dalam siaga tinggi menghadapi potensi dampaknya.
Berita Lain: IHSG Menguat di Awal Pekan, Bursa Asia Kompak Menghijau
Kepala badan penanggulangan bencana Provinsi Capiz, Sheila Artillero, menggambarkan situasi di lapangan sebagai “di luar perkiraan.”
Ia menyebut banyak warga yang panik dan meminta bantuan karena ketinggian air mencapai leher orang dewasa. “Kami terkejut dengan volume hujan yang turun,” ungkapnya kepada stasiun radio lokal DZMM.
Setiap tahun, Filipina menjadi langganan sekitar 20 siklon tropis, sebagian di antaranya menimbulkan bencana besar. Banjir, tanah longsor, serta kerusakan pada pertanian dan infrastruktur kerap terjadi, meninggalkan jejak penderitaan bagi masyarakat yang hidup di jalur rawan badai tersebut. [zainal/a46]