Oleh : Pdt Mis.Ev. Daniel Pardede, SH., MH.
Keluaran 4:22-23
“Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah Firman Tuhan: Israel adalah anak-Ku, anak-Ku yang sulung. Sebab itu Aku berfirman kepadamu (Firaun): Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku. Tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung.”
Saudaraku terkasih,
Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa Israel disebut anak sulung Allah — umat pilihan yang dipanggil keluar dari perbudakan Mesir bukan semata karena penderitaan, tetapi karena Tuhan telah menyediakan tanah perjanjian, tempat di mana Ia sendiri berdiam.
Bangsa Israel dipanggil keluar supaya dapat beribadah kepada Tuhan di tempat di mana Tuhan hadir. Begitu pula dengan kita hari ini — anak-anak Tuhan hasil cangkokan dari pohon zaitun liar kepada zaitun sejati (Roma 11:17). Kita menjadi bagian dari umat yang tinggal di “Gunung Tuhan”, di kediaman kudus-Nya (Keluaran 15:17).
Kini, tubuh kita bukan sekadar daging dan darah. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus, tempat kediaman Allah sendiri.
Ketika kita beribadah di gereja, itu bukan berarti Tuhan hanya hadir di gedung itu saja. Dia hadir di mana-mana — bahkan yang paling nyata, di dalam hati dan hidup kita.
Nama-Nya El Shamma — Allah yang hadir.
Karena itu, saat engkau beribadah kepada Tuhan, ingatlah:
1. Engkau beribadah kepada Dia yang terlebih dahulu melawat dan berdiam dalam dirimu.
2. Engkau disambut oleh kasih yang lebih dulu mengasihimu dan memberkatimu
3. Ibadahmu adalah ungkapan syukur dan pujian atas janji keselamatan yang telah diberikan-Nya.
4. Tubuhmu telah disucikan dan diampuni agar layak menjadi tempat kediaman Roh Kudus.
5. Maka sesungguhnya, engkaulah gereja itu sendiri — bukan gedung, bukan denominasi, tetapi pribadi yang hidup dalam hadirat Allah.
6. Pada hari penghakiman nanti, jangan berkata: “Tuhan, aku anggota gereja ini dan itu.”
Tetapi katakanlah:
“Inilah aku, Tuhan. Inilah bait-Mu yang Kau bangun dengan darah-Mu. Engkaulah Kepala Gerejaku, dan aku adalah milik-Mu.”
Marilah kita hidup sebagai gereja yang hidup — tubuh yang dipenuhi kemuliaan Kristus, berjalan dalam kasih, ketaatan, dan penyembahan sejati.
Sebab bukan gedung atau nama yang menyelamatkan, tetapi persekutuan pribadi dengan Allah yang berdiam dalam diri kita.
Shalom.(A27)