Oleh: Pdt Mis.Ev. Daniel Pardede, SH.MH
Yehezkiel 21:17
“Aku, Tuhan, akan bertepuk tangan dan hatiku yang panas menjadi tenang kembali; Aku, Tuhan, yang mengatakannya.”
Shalom, Saudara yang dikasihi Tuhan.
Pagi ini kita diingatkan tentang satu hal yang jarang kita perhatikan: bahwa Tuhan pun bertepuk tangan. Biasanya kita bertepuk tangan dalam ibadah sebagai ungkapan sukacita dan pujian kepada Allah. Namun dalam Firman hari ini, Tuhan bertepuk tangan bukan karena sukacita, melainkan karena murka-Nya atas dosa umat-Nya di Yerusalem.
Yerusalem, kota pilihan Tuhan, telah begitu lama hidup dalam dosa dan kekejian. Berkali-kali Tuhan menegur dan memanggil mereka untuk bertobat, namun mereka tetap menolak panggilan kasih itu.
Yesus sendiri pernah berkata dengan hati yang sedih:
> “Yerusalem, Yerusalem… betapa kerap kali Aku ingin mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”
(Matius 23:37)
Karena kekerasan hati mereka, maka Tuhan menyatakan penghukuman-Nya. Ia bertepuk tangan sebagai tanda bahwa murka-Nya dilampiaskan, dan keadilan-Nya ditegakkan atas dosa-dosa umat-Nya (Yehezkiel 21–22).
Demikian pula dengan kota Niniwe, yang hidup dalam kejahatan serupa.
Kitab Nahum 3:19 mencatat bagaimana seluruh bangsa bersorak dan bertepuk tangan menyaksikan Tuhan menghukum Niniwe:
> “Tiada pengobatan untuk cederamu, lukamu tidak tersembuhkan. Semua orang yang mendengar tentang engkau bertepuk tangan karena engkau; sebab kepada siapa tidak tertimpa kejahatanmu terus-menerus?”
Tepukan tangan dalam konteks ini bukanlah tanda sukacita, melainkan tanda berakhirnya kesombongan dan kejahatan manusia.
Tuhan menunjukkan bahwa kasih-Nya yang besar juga disertai keadilan yang sempurna.
Namun, bagi kita yang hidup dalam pertobatan dan setia kepada-Nya, Tuhan bertepuk tangan bukan karena murka, melainkan karena sukacita!
Firman Tuhan berkata:
> “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”
(Matius 25:34)
Di surga nanti, akan ada sorak-sorai sukacita. Para malaikat bersorak dan bertepuk tangan menyambut anak-anak Allah yang menang dalam iman. Tuhan sendiri akan menyambut mereka dengan tangan terbuka—bukan untuk menghukum, tetapi untuk memeluk dan memuliakan mereka.
Maka hari ini, marilah kita bertepuk tangan dan menari bagi Tuhan, bukan karena takut akan hukuman, tetapi karena bersyukur atas kasih setia-Nya yang tidak pernah berubah.
> “Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya… Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan!”
(Mazmur 150:1–6)
Saudara yang terkasih, tepuk tangan Tuhan bisa menjadi tanda murka atau tanda kasih.
Pilihan ada pada kita: apakah hidup kita membuat Tuhan bertepuk tangan karena penghukuman, atau karena kemenangan?
Mari kita hidup dalam pertobatan, ketaatan, dan kasih, agar pada hari kedatangan-Nya, kita disambut dalam Kerajaan Surga dengan tepukan tangan sukacita dan nyanyian kemenangan.
Shalom dan tetaplah bertepuk tangan bagi Tuhan, Sang Raja Kemuliaan!(A27)