Oleh: Pdt Mis Ev Daniel Pardede, SH.MH
Dalam program Sarapan Pagi Kristen yang disampaikan melalui , jemaat Tuhan diajak merenungkan santapan rohani bertema “Pengharapan”, sebagai kelanjutan dari seri sebelumnya “Iman”, dan menjelang renungan esok hari tentang “Kasih”.
Renungan kali ini mengangkat ayat dari Ibrani 6:19 yang menyatakan bahwa “Pengharapan itu merupakan sauh yang kuat dan sangat aman bagi jiwa.” Artinya, orang yang hidup di dalam pengharapan tidak lagi dikuasai oleh rasa ragu, bimbang, cemas, atau takut.
Pdt . Daniel Pardede menjelaskan bahwa mereka yang memiliki pengharapan sejati akan terlihat dari kehidupannya yang optimis dalam merencanakan dan melaksanakan setiap hal. Sebaliknya, jika seseorang memulai segala sesuatu dengan keraguan dan ketakutan, hasil akhirnya sering kali berujung pada kegagalan, bukan keberhasilan.
Pengharapan sejati lahir melalui sengsara, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus, sebagaimana tertulis dalam 1 Petrus 1:3 — bahwa kebangkitan Kristus melahirkan kembali manusia dalam hidup yang penuh pengharapan. Namun, hidup dalam pengharapan harus disertai dengan kekudusan dan kejujuran, karena Allah sendiri adalah Kudus dan Benar (Roma 8:29–30, 1 Yohanes 3:3).
Renungan ini juga menegaskan adanya dua tipe orang Kristen:
1. Mereka yang sudah menjadi warga negara Kerajaan Surga — pengharapannya telah digenapi karena hidupnya sudah dipersembahkan kepada Tuhan.
2. Mereka yang masih berpengharapan — sedang menantikan janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya, sambil tetap bertekun dalam iman.
Karunia pengharapan diberikan cuma-cuma melalui pengorbanan dan kebangkitan Kristus. Karena itu, setiap orang percaya diminta untuk menjaga iman dan pengharapannya agar tidak jatuh dalam pencobaan, sebagaimana peringatan dalam Matius 26:41 dan 1 Korintus 10:12.
“Sebab pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
(Roma 5:5)
Shalom, dan sampai jumpa besok dalam Sarapan Pagi Kristen bertema Kasih.(A27).