Jakarta, Sinata.id – Anggota Komisi V DPR RI Musa Rajekshah berharap edukasi dan pelatihan tanggap bencana masuk kurikulum pendidikan nasional, sejak jenjang sekolah dasar hingga menengah.
Menurutnya, sosialisasi tentang kesiapsiagaan bencana masih belum masif dan menyeluruh dilakukan. Padahal, Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap berbagai jenis bencana alam, seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, dan longsor.
“Yang lebih penting lagi adalah bagaimana mensosialisasikan tentang tanggap bencana kepada seluruh lapisan masyarakat,” ujar Musa pada RDP Komisi V DPR RI dengan Kepala BMKG dan Kepala BNPP/Basarnas.
RDP (rapat dengar pendapat digelar, untuk membahas Evaluasi Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2025 hingga November 2025 serta rencana program dan kegiatan tahun 2026, di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Selasa 11 Nopember 2025.
Musa mengapresiasi berbagai inisiatif edukasi yang telah dilakukan BMKG dan Basarnas. Seperti Sekolah Lapang Cuaca Nelayan, Sekolah Lapang Iklim, Sekolah Lapang Gempa, serta kegiatan SAR Goes to School dan BMKG Goes to School.
Hanya saja, ia menilai kegiatan-kegiatan tersebut masih terbatas pada skala tertentu, dan belum menjangkau seluruh daerah secara serentak.
“Program-program seperti Sekolah Lapang dan Goes to School itu bagus, tapi menurut saya belum dilakukan secara masif. Idealnya, sosialisasi ini bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat,” ujar politisi dari Fraksi Partai Golkar tersebut.
Sehingga, Musa merasa, langkah paling efektif untuk menanamkan kesadaran tanggap bencana adalah, dengan memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah formal. Dengan demikian, nilai-nilai kesiapsiagaan dapat tertanam sejak usia dini, dan menjadi bagian dari kebiasaan generasi muda Indonesia.
“Alangkah baiknya kalau edukasi tanggap bencana ini masuk dalam kurikulum belajar mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Karena kalau sudah usia lanjut, biasanya hal-hal seperti ini sulit melekat di pikiran, kecuali dilakukan terus-menerus,” sebutnya.
Katanya, pembelajaran tanggap bencana sejak dini akan membantu membentuk sumber daya manusia yang tangguh, adaptif, dan siap menghadapi potensi bencana di wilayah masing-masing.
“Kalau ini masuk ke kurikulum, akan menjadi ingatan dan habit untuk SDM generasi kita ke depan,” tandas Musa Rajekshah, legislator asal Sumatera Utara. (*)
Sumber: Parlementaria