Oleh: Mis. EV. Daniel Pardede SH, MH
Kejadian 16:13
“Engkaulah El-Roi,” sebab katanya: “Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?”
Mutiara Tuhan yang berbahagia hari ini:
Hagar memanggil Allah dengan sebutan Elohim Roi — Allah yang Maha Melihat. Ia menyadari bahwa di dalam keterpurukan dan kesendiriannya, Allah bukan hanya melihat keadaannya, tetapi juga memperkenalkan diri sebagai El-Roi, Allah yang peduli dan memberi anugerah.
Sejak dunia dijadikan, Tuhan selalu melihat segala ciptaan-Nya. Setiap kali Ia menyelesaikan satu karya, Ia melihat bahwa semuanya “baik adanya.” Pandangan Allah bukanlah pandangan yang buta, tetapi penuh perhatian dan kasih terhadap ciptaan-Nya.
Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, Tuhan tetap melihat mereka. Meskipun Ia berseru, “Adam, di manakah engkau?” (Kejadian 3:9), bukan karena Ia tidak tahu, tetapi karena kasih-Nya rindu memulihkan hubungan itu. Begitu pula Allah melihat penderitaan bangsa Israel dan memperhatikan mereka (Keluaran 2:25).
Allah yang adil dan benar tidak hanya melihat manusia dari kejauhan. Ia juga memberi anugerah kepada orang-orang yang berkenan kepada-Nya untuk melihat Dia. Seperti Hagar yang mengalami perjumpaan pribadi, demikian juga Yakub berkata, “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong.” Tempat itu dinamainya Pniel (Kejadian 32:30).
Renungan bagi kita hari ini:
Hendaklah kita berhati-hati dalam menggunakan apa yang Tuhan percayakan kepada kita — tubuh, jiwa, harta, bahkan sisa waktu hidup kita. Semua itu adalah anugerah dan milik Tuhan yang kelak harus kita pertanggungjawabkan (Roma 14:12).
Karena Tuhan melihat segala sesuatu, gunakanlah waktu yang tersisa bukan menurut keinginan manusia, melainkan menurut kehendak Allah. Jadilah pribadi yang hidup dalam pandangan kasih-Nya, bukan dalam sorotan dunia.
“Ketika dunia mungkin tidak melihatmu, ingatlah: El-Roi melihatmu, memahami air matamu, dan menuntun langkahmu menuju rencana terbaik-Nya.
Tetaplah hidup dalam terang penglihatan Tuhan, sebab di bawah pandangan-Nya ada kasih, pengampunan, dan masa depan yang penuh pengharapan.”(A27).