Sinata.id – Selandia Baru kembali menjadi sorotan internasional setelah data resmi pemerintah mengungkap lonjakan besar warganya yang memilih pindah ke luar negeri dalam satu tahun terakhir.
Situasi ekonomi yang tersendat, peluang kerja yang makin tipis, hingga lambatnya pemulihan menjadi kombinasi yang mendorong gelombang eksodus baru, dan situasi ini berubah menjadi tekanan politik serius bagi Perdana Menteri Christopher Luxon.
Statistik yang dirilis di Wellington pada Kamis (13/11/2025) menggambarkan keadaan yang tak terbantahkan: 72.684 warga meninggalkan Selandia Baru dalam 12 bulan hingga September, sementara hanya 26.318 orang yang kembali.
Artinya, negara itu kehilangan 46.366 warga secara bersih. Mayoritas tujuan mereka, Australia.
Di saat bersamaan, tenaga kerja asing yang masuk juga merosot tajam. Imigrasi bersih pekerja asing hanya mencapai 12.434, jauh dari puncaknya pada 2023 yang menembus lebih dari 135 ribu orang. Penyebab utamanya sama: pekerjaan semakin langka.
Baca Juga: Pesawat Militer C-130 Jatuh di Georgia, 20 Prajurit Gugur
Ekonomi Tidak Bergerak, Pasar Tenaga Kerja Membeku
Pertumbuhan ekonomi Selandia Baru pada paruh pertama 2025 tercatat stagnan.
Pemulihan di semester berikutnya pun berjalan tertatih-tatih. Perusahaan masih memilih menahan rekrutmen, pengangguran naik, dan warga semakin kehilangan rasa percaya diri terhadap masa depan di dalam negeri.
Kondisi itu membuat banyak keluarga mengambil keputusan besar: meninggalkan kampung halaman untuk mencari masa depan di negara tetangga yang lebih stabil secara ekonomi.
“Ketika peluang semakin sempit, masyarakat tentu melihat ke luar negeri,” begitu gambaran analis yang dikutip berbagai media internasional.
Oposisi Menyerang
Eksodus besar ini membuat posisi Perdana Menteri Luxon kian tertekan.