Oleh: Pdt Manser Sagala, M.Th
Tindakan mengeraskan hati terhadap Tuhan Yesus (atau terhadap teguran dan pimpinan-Nya) merupakan hal yang sangat berbahaya, dan Firman Tuhan memberikan peringatan yang jelas dan keras mengenai konsekuensinya.
Mengeraskan hati berarti secara sadar dan sengaja menolak untuk menaati, percaya, atau menanggapi suara, kebenaran, dan anugerah Allah meskipun sudah mengetahui hal yang benar.
Bahaya Mengeraskan Hati pada Tuhan Yesus
*1. Kehilangan Kesempatan untuk Masuk ke Perhentian Allah (Kebinasaan Rohani)*
Ini adalah bahaya utama yang ditekankan dalam Kitab Ibrani, merujuk pada pengalaman bangsa Israel di padang gurun.
Ayat Kunci:
”Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman, pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku. Sehingga Aku bersumpah dalam kemurkaan-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.'” (Ibrani 3:7-11, mengutip Mazmur 95:7-11)
Penjelasan: Seperti Israel kuno yang gagal memasuki Tanah Perjanjian (Perhentian Allah) karena ketidakpercayaan dan hati yang keras, orang percaya masa kini yang mengeraskan hati terhadap Yesus Kristus berisiko kehilangan “perhentian” Allah yang sejati, yaitu keselamatan kekal dan hidup dalam hadirat-Nya. Kekerasan hati berakar dari ketidakpercayaan (hati yang jahat dan tidak percaya, Ibrani 3:12).
*2. Murtad dari Allah yang Hidup*
Kekerasan hati adalah proses yang membawa seseorang menjauh dari iman dan hubungan yang hidup dengan Tuhan.
Ayat Kunci:
”Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.” (Ibrani 3:12)
Penjelasan: Kekerasan hati membuat hati menjadi “jahat” dan “tidak percaya” karena terus-menerus menolak kebenaran. Puncaknya adalah kemurtadan, yaitu meninggalkan atau berpaling dari Allah yang hidup, yang membawa kepada hukuman dan kebinasaan.
*3. Jauh dari Kebenaran dan Kehilangan Kepekaan Rohani*
Mengeraskan hati membuat seseorang semakin buta terhadap kebenaran Tuhan dan semakin nyaman dalam dosa.
Ayat Kunci:
”Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.” (Roma 1:24)
”Mereka yang telah kehilangan kepekaan menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.” (Efesus 4:19)
Penjelasan: Ketika seseorang berulang kali menolak teguran Roh Kudus, pada akhirnya Allah mengizinkan orang itu berjalan dalam jalannya sendiri dan mengikuti hawa nafsunya (prinsip yang juga terlihat pada Firaun, Keluaran 9:12; Roma 9:18). Hati menjadi degil dan kehilangan kepekaan terhadap dosa dan suara Tuhan, sehingga semakin mudah jatuh ke dalam kecemaran.
*4. Jatuh ke dalam Malapetaka**
Orang yang keras hati tidak akan diberkati, melainkan akan menuai konsekuensi negatif dari perbuatannya.
Ayat Kunci:
”Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka.” (Amsal 28:14)
Penjelasan: Kebahagiaan datang dari sikap takut akan Tuhan, yaitu tunduk dan taat. Sebaliknya, kekerasan hati adalah tindakan kesombongan dan pemberontakan yang menarik hukuman dan celaka ke dalam hidupnya.
*5. Tidak Dapat Bertobat Lagi (Penghakiman Penuh)*
Jika kekerasan hati dilakukan secara terus-menerus hingga batas tertentu, ada titik di mana pertobatan menjadi tidak mungkin.
Oleh karena itu kesempatan yg Tuhan Berikan kepada kita ,mari kita pergunakan sebaik mungkin untuk mengasihi Tuhan.(A27).
Cp konseling dan Permohonan Doa
0811762709
Manser Sagala