Sinata.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap sejumlah faktor pemicu yang menjadi biang kerok angin kencang di Sumut yang melanda selama beberapa hari terakhir.
Kombinasi fenomena global dan dinamika atmosfer regional disebut menciptakan kondisi cuaca ekstrem yang berpotensi bertahan hingga 27 November 2025.
Menurut BMKG Wilayah I Medan, pusat masalah terletak pada sistem tekanan rendah 95B yang terbentuk di sekitar Selat Malaka.
Sistem ini memicu pertemuan angin serta belokan angin yang kuat, dua kondisi yang dikenal sebagai motor pembentuk angin kencang dan pertumbuhan awan badai di Sumut.
“Tekanan rendah 95B ini menjadi penggerak utama terjadinya angin kencang dan hujan intens di banyak wilayah Sumatera Utara,” jelas Kepala BBMKG Wilayah I Medan, Hendro Nugroho, dalam keterangan resminya, Minggu (23/11/2025).
Baca Juga: BMKG Sumut Peringatkan Angin Kencang Ekstrem Enam Hari
IOD Negatif dan Gelombang Atmosfer
Selain faktor regional, BMKG mencatat dua fenomena global yang memperkuat terjadinya cuaca ekstrem, yakni IOD Negatif dan Gelombang Atmosfer Aktif.
Kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) negatif yang masih aktif hingga Desember meningkatkan suplai uap air dari Samudera Hindia ke pantai barat Sumut.
Uap air yang melimpah membuat udara semakin basah dan mempermudah pembentukan awan Cumulonimbus (CB), awan yang identik dengan angin kencang, petir, dan hujan deras.
Sementara Gelombang atmosfer yang melintas di wilayah Sumut membuat proses konveksi meningkat.
Artinya, pembentukan awan hujan berlangsung lebih cepat dan lebih masif.
“Kombinasi IOD negatif dan gelombang atmosfer memperkuat efek tekanan rendah 95B, sehingga angin kencang lebih mudah muncul dan intensitas hujan meningkat,” kata Hendro.
Baca Juga: Daftar Puluhan Wilayah di Sumut Masuk Zona Rawan Angin Kencang dan Cuaca Ekstrem
Pemicu Awan Badai Menjadi Lebih Besar
BMKG juga mendeteksi kelembapan udara yang sangat tinggi di seluruh Sumatera Utara.
Udara basah ini menjadi bahan bakar utama terbentuknya awan CB berukuran besar.