Tel Aviv, Sinata.id – Ribuan warga Israel memadati area sekitar Cinema City Glilot di Ramat Hasharon, Jumat (28/11/2025) pagi, untuk mengurus dokumen kewarganegaraan dan perpanjangan paspor Portugal.
Antrean kendaraan dan pejalan kaki mengular hingga ke parkir bawah tanah menyusul dibukanya layanan langsung tanpa janji temu oleh Kedutaan Besar Portugal untuk bulan Desember dan Januari.
Kedutaan Besar Portugal sebelumnya mengumumkan melalui halaman Facebook mereka mengenai penyelenggaraan acara khusus bertajuk “Old times are back” yang untuk sementara tidak menggunakan sistem perjanjian daring yang kerap mengalami kelebihan beban.
Pengumuman yang menyebut acara “terbuka untuk semua warga negara Portugal” itu menyebar cepat dan menarik minat jauh melebihi kapasitas lokasi.
Menurut unggahan resmi pihak Kedutaan setelah acara, ribuan warga negara telah dilayani dan tidak ada pemohon yang ditinggalkan.
Kendati Portugal telah mengumumkan perpanjangan masa berlaku paspor dari lima menjadi sepuluh tahun efektif Mei 2026, pemohon yang hadir hari itu tetap akan menerima paspor dengan masa berlaku lima tahun sesuai regulasi yang sedang berlaku.
Lonjakan pemohon kewarganegaraan Portugal dari Israel berakar pada Undang-Undang “Law of Return” yang disahkan Portugal pada 2015. UU tersebut membuka jalan bagi keturunan Yahudi Sephardi—yang terdampak Inkuisisi abad ke-16—untuk mengklaim kewarganegaraan.
Pemerintah Portugal sempat mengumumkan rencana penghentian kebijakan ini pada Desember 2023 dengan alasan tujuan reparasi telah tercapai.
Namun, kebijakan akhirnya direvisi menjadi lebih ketat, dengan menambahkan persyaratan seperti bukti ikatan substansial, termasuk tinggal di Portugal minimal tiga tahun.
Dayatarik utama kewarganegaraan Portugal bagi warga Israel meliputi kebebasan bergerak sebagai warga Uni Eropa, tingkat pajak dan biaya hidup yang relatif lebih rendah dibanding Israel, serta akses ke pendidikan tinggi di Eropa dengan biaya yang lebih terjangkau.
Analisis menyebutkan peningkatan signifikan permintaan paspor Portugal terjadi pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, di mana banyak warga Israel mencari opsi paspor kedua sebagai bentuk perlindungan tambahan di tengah meningkatnya ketidakpastian keamanan. (*)