Sinata.id – Nilai tukar rupiah kembali terpeleset tipis di akhir sesi perdagangan, Rabu (3/12/2025). Mata uang Garuda menutup hari di level Rp16.622 per dolar AS, sebuah pelemahan sangat tipis namun cukup kontras dengan gegap gempita penguatan mayoritas mata uang Asia.
Di lantai bursa keuangan Asia, baht Thailand melesat paling tajam dengan penguatan 0,35%, disusul dolar Taiwan yang naik 0,33%.
Yen Jepang, ringgit Malaysia, won Korea Selatan hingga dolar Singapura kompak menghijau, menandai arus optimisme yang belum mampu diikuti rupiah.
Namun tidak semua mata uang beruntung.
Peso Filipina mencatat koreksi terdalam 0,47%, sementara rupee India turun 0,4%, menandakan tekanan eksternal masih menghantui kawasan.
Baca Juga: Rupiah di Persimpangan 2026: Melonjak atau Tertekan?
Arah pergerakan rupiah kini sepenuhnya ditarik oleh sentimen global, mulai dari aliran dana asing yang menanti rilis data ekonomi Amerika Serikat, hingga spekulasi pergantian pucuk pimpinan bank sentral Negeri Paman Sam.
Pasar kini menatap sosok Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional, yang diprediksi bakal menggantikan Jerome “Jay” Powell sebagai The Fed-1.
Ekspektasinya, kebijakan moneter lebih dovish demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Dari dalam negeri, nada kehati-hatian juga terdengar.
OECD baru saja merilis Indonesia Economic Outlook 2026, menempatkan proyeksi defisit fiskal Indonesia stabil di -2,9% dari PDB, sama seperti tahun berjalan.
Angka ini memberi sinyal bahwa ruang fiskal masih terbatas di tengah kebutuhan menjaga stabilitas ekonomi.
Kombinasi tekanan eksternal dan proyeksi domestik tersebut menegaskan satu hal: rupiah masih akan bergerak dalam bayang-bayang dinamika global dalam beberapa pekan mendatang. [a46]