Oleh: Hendri Yahya Syahputra MPd – Dosen STAI Samora
Hati memiliki kedudukan yang sangat agung serta mulia. Hati bukan sekadar segumpal daging di dalam dada, melainkan tempat bersemayamnya iman, niat tulus, ikhlas, serta dorongan yang menentukan baik buruknya perbuatan setiap orang.
Yang tak kalah penting, hati adalah tempat pandangan Allah SWT kepada hamba-Nya. “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah hanya melihat pada hati dan amal kalian”. (HR Muslim, No 2564).
Para ulama menyebut hati sebagai malaikul a’dha (Rajanya anggota tubuh), sebab ia berperan sebagai pemimpin dan pengendali bagi seluruh anggota badan. Jika hati lurus dan sehat, maka seluruh anggota badan akan tunduk kepada kebaikan. Sebaliknya, jika hati rusak, maka seluruh amal anggota badan pun akan ikut rusak.
Nabi Muhammad SAW bersabda : “Ketahuilah, di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuhnya akan baik. Dan jika ia rusak, maka seluruh tubuhnya akan rusak, Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati”. (HR. Bukhori dan Muslim No 1599).
Penyakit hati sangat menganggu dan lebih berbahaya dari pada penyakit medis. Penyakit medis tidaklah mendatangkan mudarat atas seseorang, kecuali hanya di dunia fana yang akan segera sirna bersamaan dengan kematian orang yang menderitanya.
Sedangkan penyakit hati dapat mendatangkan mudarat atas seseorang yang menyebabkan kerugian dalam agama dan keimanannya. Secara fisik mungkin tidak akan terlihat menimbulkan tanda-tanda kerusakan apapun, akan tetapi secara ruhani dan kejiwaan, menyebabkan seseorang sulit untuk bisa menerima kebenaran.
Penyakit ini bisa menjangkit siapa saja, dan seringkali orang tidak sadar bahwa
dirinya sedang terjangkit oleh penyakit ini. Imam Al-Ghazali menyebutkan, penyakit hati itu laksana penyakit sopak (belang) di wajah seseorang yang tak memiliki cermin.
Jika diberi tahu orang lain pun, mungkin ia tak memercayainya. Bahkan lebih parahnya lagi penyakit hati akan berdampak sampai kehidupan di akhirat nanti. Allah SWT berfirman: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya dan mereka mendapat azab yang sangat pedih karena mereka selalu berdusta. (QS: Al-Baqarah : 10).
Tulisan ini akan menyelami beragam jenis penyakit hati dalam agama Islam, berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Adapun jenis penyakit hati yang sering bersemayam dalam diri setiap manusia adalah sebagai berikut:
1. Buruk Sangka (Su’uzhon)
Buruk sangka atau su’uzhon dalam bahasa Arab yang bermakna prasangka negatif terhadap seseorang tanpa bukti yang jelas. Dalam Islam, buruk sangka sangat dilarang karena dapat menimbulkan runtuhnya keharmonisan dalam interaksi sosial dan berpotensi menimbulkan fitnah.
Selain perbuatan yang tercela, buruk sangka juga dianggap sebagai dosa besar yang dapat menghancurkan Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan dalam Islam).
Larangan tersebut berdasar pada Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surat Al – Hujurat (49:12).
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
2. Sombong (Takabbur)
Secara umum sombong dapat dipahami sebagai sifat atau tingkah laku yang memuji, mengagungkan, meninggikan derajat, dan memandang diri sendiri sebagai makhluk yang berada di atas segalanya.
Seseorang yang bersemayam sifat sombong dalam dirinya, dia akan
merasa bahwa dirinyalah “yang paling” dan memandang status orang lain berada jauh di bawahnya.
Orang yang sombong cenderung memiliki hati yang sulit menerima nasehat, menolak kebenaran, dan meremehkan orang lain. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”. (HR. Muslim, No 91).
Dalam banyak ayat dan hadits, sifat ini dikaitkan dengan kebinasaan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Salah satu penyebab munculnya kesombongan adalah lupa bahwa segala nikmat yang diterima merupakan karunia Allah SWT. Ketika seseorang merasa memiliki sesuatu sebab usahanya sendiri, ia mudah terjerumus pada perasan superior yang menyesatkan.
Hal lain yang menyebabkan munculnya kesombongan dalam diri, yaitu karena:
amal ibadah, garis keturunan, kepintaran, kecantikan dan ketampanan, kekayaan, kekuasaan.
Dalam sejarah umat terdahulu, Al-Qur’an merekam kisah kaum-kaum yang dibinasakan bukan karena lemahnya kekuatan, tapi karena kesombongan mereka di hadapan Allah.
Kesombongan mereka membuat mereka menolak peringatan, menganggap rendah para nabi, dan merasa tidak membutuhkan petunjuk. Salah satu contohnya, kisah Fir’aun dan bala tentaranya di Mesir, yang menolak ajakan Nabi Musa untuk menyembah Allah.
Firaun bukan hanya sombong karena kekuasaannya, tapi juga mengaku sebagai tuhan. Ia membangun
istana-istana tinggi dan memperbudak Bani Israil, hingga akhirnya Allah
menenggelamkannya di laut bersama tentaranya, sebagai pelajaran bagi yang datang kemudian.
3. Hasad (Iri Hati)
Hasad atau perasaan iri dan dengki terhadap orang lain, adalah salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya dalam Islam. Hasad tidak hanya merugikan orang yang menjadi objek kedengkian, tetapi juga menghancurkan ketenangan dan kebahagiaan orang yang memiliki perasaan ini.
Dalam Al-Qur’an dan hadits, kita diperingatkan untuk menjauhi hasad karena dampaknya yang merusak baik secara spiritual maupun sosial. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Janganlah kamu saling hasad, janganlah kamu saling membenci, dan janganlah kamu saling membelakangi. Jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara.” (HR Bukhari dan Muslim).
4. Pamer (Riya)
Riya adalah perbuatan melaksanakan ibadah atau kebaikan dengan tujuan agar di puji dan disanjung orang lain, niatnya bukan semata-mata untuk Allah SWT. Perbuatan seperti ini sangat berbahaya karena dapat menghapus nilai pahala ibadah dan tergolong sebagai syirik kecil yang wajib dihindari.
Allah SWT memberikan ancaman kepada orang yang berbuat riya. Dalam kitab-Nya (Al-Qur’an) Allah berfirman: Celakalah orang-orang yang melaksanakan sholat, (4), yaitu yang lalai terhadap sholatnya, (5), yang berbuat riya (6), dan enggan memberikan bantuan (7). QS: Al-Ma’uun (4 – 7).
Cara Menyembuhkan Penyakit Hati
Setiap penyakit tentu ada obatnya. Begitulah sunnatullah yang berlaku di muka bumi ini. Tidak hanya untuk penyakit medis, begitu pula dengan penyakit hati. Tinggal bagaimana
ikhtiar seseorang yang terjangkit penyakit tersebut bersungguh-sungguh untuk mendapatkan penawarnya.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul ‘Abidin membagi konsep penyembuhan penyakit hati menjadi dua. Yaitu, penyembuhan penyakit hati dengan amal-amal lahiriah (ibadah) yaitu salat, zakat, puasa, sedekah, haji, zikir, mencari rezeki yang halal, amal ma’ruf nahi munkar, dan I’tib kepada orang-orang sholeh.
Dan penyembuhan penyakit hati dengan amal-amal batiniah (akhlak-akhlak mulia), diantaranya, taubat, khauf (rasa takut), zuhud, sabar, syukur, ikhlas dan jujur, tawakal, cinta Allah, rida kepada qadha, dan mengingat kematian. (*)