Oleh: Pdt Manser Sagala,M.Th
Penyerahan totalitas kepada Yesus Kristus merupakan inti dari kehidupan iman Kristen yang sejati. Dalam istilah teologis, konsep ini dikenal sebagai Total Dedication atau Consecration, yakni tindakan iman di mana seseorang secara sadar dan sukarela menyerahkan seluruh aspek hidupnya—pikiran, kehendak, kepemilikan, serta masa depan—ke dalam kendali dan kehendak Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Penyerahan ini menegaskan bahwa hidup orang percaya bukan lagi milik dirinya sendiri, melainkan milik Kristus yang telah menebusnya dengan harga yang mahal.
Secara teologis dan praktis, penyerahan totalitas mencakup empat dimensi utama yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Pertama, penyerahan kehendak. Inilah inti terdalam dari penyerahan total kepada Tuhan, yaitu mengganti “kehendakku” dengan “kehendak-Mu.” Orang percaya dipanggil untuk melepaskan keinginan pribadi, rencana hidup, serta ambisi duniawi yang tidak selaras dengan kehendak Allah. Dalam praktiknya, hal ini diwujudkan melalui pengambilan keputusan yang berlandaskan ketaatan kepada Tuhan, bukan semata-mata kenyamanan atau keuntungan pribadi. Teladan sempurna penyerahan kehendak ini ditunjukkan oleh Yesus sendiri dalam doa-Nya di Taman Getsemani sebagaimana tertulis dalam Lukas 22:42.
Kedua, penyerahan kepemilikan. Penyerahan totalitas berarti mengakui Yesus sebagai Pemilik atas segala sesuatu yang kita miliki—waktu, harta benda, talenta, karier, bahkan tubuh kita. Semua itu bukan milik pribadi, melainkan titipan Tuhan yang harus dikelola untuk kemuliaan-Nya. Sikap ini diwujudkan melalui kerelaan memberi dengan sukacita, menggunakan talenta bagi pelayanan, serta menjaga tubuh sebagai bait Roh Kudus. Kebenaran ini ditegaskan dalam 1 Korintus 6:19–20 yang menyatakan bahwa orang percaya telah dibeli dengan harga yang mahal.
Ketiga, penyerahan diri secara penuh. Penyerahan ini menyentuh identitas hidup orang percaya. Hidup lama yang dikuasai dosa dan ego ditanggalkan, lalu digantikan dengan identitas baru di dalam Kristus. Rasul Paulus menyebutnya sebagai “persembahan yang hidup.” Artinya, seluruh hidup dijalani sebagai ibadah kepada Allah—sebuah komitmen harian untuk hidup kudus, meninggalkan dosa, dan terus berjalan dalam ketaatan kepada Kristus, sebagaimana dinyatakan dalam Roma 12:1.
Keempat, penyerahan kepercayaan. Penyerahan totalitas juga berarti melepaskan segala kekhawatiran dan kecemasan tentang masa depan, serta sepenuhnya menggantungkan hidup pada pemeliharaan Tuhan. Orang percaya dipanggil untuk tidak mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan membawa setiap kebutuhan dan pergumulan dalam doa. Yesus sendiri menegaskan prioritas ini dalam Matius 6:33, bahwa ketika Kerajaan Allah dan kebenarannya diutamakan, maka Tuhan berjanji akan mencukupkan segala kebutuhan umat-Nya.
Penyerahan totalitas kepada Yesus bukanlah peristiwa sesaat, melainkan proses seumur hidup yang dijalani setiap hari. Di akhir tahun 2025 ini, pesan tentang penyerahan diri sepenuhnya kepada Kristus menjadi sebuah panggilan reflektif bagi setiap orang percaya untuk kembali menata hidup, memperbarui komitmen iman, dan hidup sepenuhnya bagi kemuliaan Tuhan.
Kiranya setiap langkah hidup kita senantiasa diarahkan oleh kehendak Tuhan, sehingga melalui penyerahan yang utuh, nama Tuhan Yesus semakin dimuliakan dan hidup kita menjadi berkat bagi sesama.( A27).
Cp Konseling dan Doa Permohonan
0811762709
Pdt. Manser Sagala, M.Th.






