Simalungun, Sinata.id – Masyarakat Nagori Bah Biak bersama warga nagori lainnya di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara menolak kebijakan PTPN IV melakukan konversi kebun teh menjadi kebun kelapa sawit.
Dalam hal ini, masyarakat tidak setuju Kebun Teh Bah Butong, Toba Sari dan Sidamanik berubah menjadi kebun kelapa sawit. Sebab, bila konversi dilakukan, diyakini akan menyebabkan banjir pada sekitar kawasan konversi.
Penolakan itu, salah satunya seperti disampaikan Pangulu (Kepala Nagori/Kepala Desa) Bah Biak, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Indra Syaputra Sinaga, saat ditemui di dekat kantornya, Kamis 10 Juli 2025.
“Warga di sini (Nagori Bah Biak), kan kebanyakan karyawan kebun. Tapi warga di sini sesungguhnya banyak yang menolak konversi teh ke sawit. Hanya saja, mereka gak akan berani mengungkapkan itu,” ujar Indra Syaputra Sinaga.
Sebut Indra, secara umum warga menolak konversi, karena takut akan terjadi banjir. Kemudian, tanaman kelapa sawit akan menyebabkan debit mata air yang ada di Bah Biak akan berkurang. Sehingga, bila konversi terjadi, akan mempengaruhi debit (aliran) air pada lokasi wisata air terjun yang ada di Bah Biak.
Bukan cuma itu, bila debit air menurun, kata Indra, akan mempengaruhi ketersedian air bersih untuk 5 nagori yang ada di Kecamatan Sidamanik. Sebab, ada 5 nagori yang mengandalkan sumber air bersih dari mata air yang ada di Bah Biak dalam memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.
Adapun ke lima nagori itu diantaranya, Nagori (Desa) Bah Biak, Nagori Ambarisan, Nagori Manik Raja, Nagori Bah Butong I dan Nagori Bah Butong II.

Selain ancaman penurunan debit air dan banjir, sejumlah wisatawan yang sedang menikmati pemandangan Kebun Teh Bah Butong, secara spontan menyampaikan penolakan.
“Kalau ini diganti jadi sawit, mana mau lagi kami ke sini. Ini kan karena kebun teh, maka kelihatan indah. Jadi, kalau ditanya menolak atau tidak, ya menolak kali lah, Bang,” sebut seorang wanita asal Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, saat bersama keluarga dan teman-temannya di pinggir jalan Kebun Bah Butong.
Tampak wisatawan cukup menikmati alam Kebun Teh Bah Butong. Sebagian dari mereka menikmatinya dengan mengendarai ATV yang mereka sewa dari penyedia. Sebagian lainnya, ada yang menggelar tikar dan berselfie ria. “Maunya janganlah diganti ke sawit,” rengek wisatawan perempuan lainnya.
Hal senada disampaikan pedagang es keliling. Pria paru baya ini juga menolak konversi kebun teh menjadi kebun kelapa sawit. Menurutnya, bila konversi dilakukan, maka wisatawan tidak akan ada yang datang ke Bah Butong. “Kalau wisatawan gak ada, ya gak laku lah jualanku,” katanya.
PTPN IV Terkesan Tidak Peduli Dengan Penolakan
Meski warga dengan kuat menyuarakan penolakan, namun tetap saja PTPN terkesan tidak peduli, dengan tetap melakukan konversi kebun teh ke kelapa sawit. Seperti di Afdeling III Kebun Bah Butong, sebut warga sekitar, bahwa sekira 4 atau 5 tahun yang lalu, telah diganti dengan tanaman sawit.
Disebut sejumlah warga yang sedang nongkrong pada salah satu warung kopi di Afdeling III Kebun Bah Butong, bahwa luas kawasan Afdeling III sekira 350 hektar. Sedangkan lahan yang telah diganti ke tanaman kelapa sawit, diperkirakan sekitar 50 hektar.
Sedangkan di kawasan Afdeling VI, hari ini Kamis 10 Juli 2025, alat berat sedang beroperasi untuk mencabut batang pohon teh, yang nantinya akan ditanami dengan bibit pohon kelapa sawit.
Hal itu dibenarkan Kepala Nagori Bah Biak Indra Syaputra Sinaga. Katanya, lahan di Afdeling VI Kebun Bah Butong sedang dikorek untuk ditanami dengan bibit pohon kelapa sawit. ia tambahkan, Afdeling VI Kebun Bah Butong masih berada di wilayah Nagori Bah Biak. (*)