Simalungun, Sinata.id – Generasi muda Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara yang bergabung di Generasi Muda Peduli Sidamanik (GMPS) menolak konversi kebun teh menjadi kebun kelapa sawit di wilayah Sidamanik.
Sebagai bentuk penolakan, GMPS layangkan surat berisi protes keras terhadap “prilaku” PTPN 4 yang “ngotot” melakukan konversi.
Surat protes ditujukan GMPS ke Direktur Utama (Dirut) Holding PTPN 3, Dirut Palm Co PTPN 4, dan Head Regional II PTPN 4. Surat protes bernomor 17/GMPS/Reg2-n4/Juli 2025, tertanggal 4 Juli 2025.
Selain melayangkan surat protes, penolakan juga dilakukan GMPS dengan membentang (memasang) sejumlah spanduk di pinggir ruas jalan pada Jalan Lintas Siantar – Sidamanik.

“Kami GMPS menyampaikan protes keras kepada PTPN 4 Regional 2 yang akan kembali melakukan penanaman kelapa sawit di Kebun Bah Butong Afdeling III dan VI,” sebut Jan Rusdin Sinaga, Ketua GMPS, Jumat 11 Juli 2025.
Kata Jan Rusdin, pihaknya mengetahui PTPN 4 akan melakukan konversi, beranjak dari surat Manager Kebun dan Pabrik Teh PTPN 4 Regional II Nomor :2KTH/X/08/VII/2025 tertanggal 1 Juli 2025 yang berisi tentang sosialisasi penanaman ulang kelapa sawit.
Sama seperti kekhawatiran warga lainnya, Jan Rusdin Sinaga juga menyebut, bila konversi terjadi, maka akan menyebabkan banjir.
“Setelah adanya pergantian tanaman teh jadi kelapa sawit, secara nyata membawa musibah bencana banjir kepada masyarakat di Sidamanik. Karena setiap turun hujan selalu terjadi banjir yang cukup besar yang mengganggu lalu lintas dan perladangan masyarakat,” ujarnya.
Katanya, setelah Kebun Marjandi dikonversi dari kebun teh menjadi kebun kelapa sawit, banjir kerap melanda kawasan Marjandi bila hujan deras turun.
“Secara kasat mata dapat terlihat jelas akibat dari pergantian tanaman teh jadi kelapa sawit yang mengakibatkan banjir adalah pada perkebunan Marjandi yang setiap hujan turun selalu banjir besar, yang sampai ke jalan lintas Sumatera. Sehingga setiap turun hujan lalu lintas harus berhenti dan menunggu air banjir surut,” ungkap Jan Rusdin.
“Persis sama yang dirasakan masyarakat Kebun Marjandi, kami juga masyarakat Sidamanik merasakan dan mengalami hal yang sama. Lahan pertanian masyarakat rusak akibat dihantam banjir, bahkan ada jembatan di kampung kami turut hancur akibat dihantam banjir,” katanya.
Untuk lokasi banjir, sebutnya, seperti pernah terjadi di Kelurahan Sarimatondang dan Nagori Bahal Gajah, Nagori Tigabolon. Kedua wilayah ada di Kecamatan Sidamanik.
Serta, longsor juga pernah terjadi. Dn saat ini, lokasi longsor telah melebar hingga ke areal pemukiman warga. “Artinya, jika tetap dilanjutkan konversi itu maka banjir akan lebih parah lagi,” tutur Jan Rusdin. (*)