Sinata.id – Hampir tiga pekan setelah banjir dan longsor berlalu, Aceh masih gelap di sejumlah wilayah akibat pemadaman listrik yang berkepanjangan dan gangguan jaringan komunikasi, sehingga aktivitas masyarakat belum sepenuhnya pulih meski situasi darurat telah berakhir.
Bayang-bayang bencana masih terasa jelas dalam kehidupan sehari-hari warga.
Bukan lagi air bah atau material longsor, melainkan gelapnya malam akibat listrik padam dan terputusnya jaringan komunikasi yang belum sepenuhnya pulih.
Gangguan pascabencana ini tidak hanya dirasakan daerah terdampak langsung, tetapi juga merembet hingga wilayah perkotaan seperti Banda Aceh dan Aceh Besar.
Pemadaman listrik yang berkepanjangan, disertai layanan telepon dan internet yang tersendat, membuat aktivitas masyarakat lumpuh di banyak titik.
Di Desa Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, warga harus bertahan dalam kondisi gelap total selama enam hari atau sekitar 144 jam tanpa kepastian jadwal pemadaman bergilir.
Situasi ini memaksa warga membatasi aktivitas malam hari, kesulitan menyimpan bahan makanan, hingga terhambat berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat.
“Selama 144 jam lampu benar-benar tidak menyala. Tidak ada lagi pemadaman bergilir, semuanya gelap,” ujar salah seorang warga Desa Kajhu, Minggu (14/12/2025).
Baca Juga: Ribuan Relawan dari 77 Lembaga Kemanusiaan Turun ke Aceh, Percepat Pemulihan Pascabencana
Masalah kelistrikan ini turut berdampak serius pada jaringan komunikasi.
Di sejumlah kawasan, sinyal telepon dan internet sulit diakses.






