Jakarta, Sinata.id – Bencana dahsyat di Sumatera menuntut respons cepat dan dana jumbo. Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah (Menko Infra) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bergerak cepat, memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) krusial bersama Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) hari ini, Kamis (11/12/2025), di Jakarta.
Hasilnya? Sebuah angka fantastis untuk memulai pemulihan: Rp 51 Triliun!
Angka ini, yang disebut AHY sebagai ‘perhitungan kasar’ namun mendesak, secara spesifik akan dialokasikan untuk Kementerian PU demi mempercepat rehabilitasi dan rekonstruksi di tiga provinsi yang paling parah terdampak.
”Itu sekitar Rp 51 triliun untuk Kementerian PU untuk penanganan, baik rehabilitasi dan rekonstruksi di tiga provinsi,” kata AHY.
Aceh Paling Menderita
Dari total dana tersebut, provinsi yang mengalami kerusakan terbesar adalah Aceh, yang memerlukan alokasi mencapai Rp 24 triliun. Sisanya, sekitar Rp 13 triliun akan menyasar Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
AHY menyebut dana puluhan triliun ini akan fokus pada empat elemen utama yang menjadi kunci pemulihan kehidupan warga, yakni:
Konektivitas: Perbaikan jalan nasional, provinsi hingga kabupaten/kota yang hancur. Pembangunan ulang jembatan menjadi prioritas utama karena banyak akses logistik terputus. Alat berat seperti ekskavator, loader, dan dozer akan segera dikerahkan untuk membuka kembali jalur-jalur vital.
Sumber Daya Air: Perbaikan bendung, irigasi, tanggul, dan sistem air baku yang rusak.
Air Bersih dan Sanitasi: Menyikapi lonjakan penyakit seperti muntaber dan ISPA akibat minimnya air bersih dan sanitasi layak, Kemenko Infra akan segera menyediakan toilet portable sebagai solusi darurat.
Prasarana Strategis: Membangun kembali sekolah, madrasah, dan masjid yang rusak parah atau bahkan hancur total.
Sementara itu, Menteri PKP Maruarar Sirait memilih untuk tidak terburu-buru mengumumkan total anggaran untuk perumahan. Maruarar menekankan bahwa basis pengeluaran haruslah data yang akurat.
”Tadi kan saya katakan, kita tuh base-nya data ya. Data kan ada dibagi tiga, kerusakan berat, sedang, ringan. Tentu biayanya berbeda,” ujar Maruarar.
Ia memastikan timnya kini sedang menghitung kebutuhan perbaikan dan pembangunan kembali rumah rakyat. []

