Crime Story, Sinata.id – Pada November 1984, Indonesia dikejutkan oleh kisah pilu seorang bocah bernama Arie Hanggara. Bocah berusia tujuh tahun ini tewas mengenaskan di tangan ayah kandungnya, Machtino Eddiwan, dan ibu tirinya, Santi bin Cece.
Peristiwa ini bukan hanya menjadi berita kriminal biasa, tetapi duka Indonesia pada masa itu, yang membuka mata masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).
Di balik tembang “Anak yang Malang” karya Rhoma Irama dan film populer tahun 1985 yang terinspirasi darinya, ada luka nyata, tubuh mungil Arie yang penuh memar dan bekas luka.
Media-media nasional kala itu memuat berita ini di halaman depan berhari-hari.
Di era tanpa internet, nama Arie menyebar cepat ke seluruh penjuru negeri, memantik amarah publik dan rasa iba tak terhingga.
Baca Juga: Oki, Pembunuh Berantai dari Jakarta yang Bikin Bingung LAPD Los Angeles
Dari Keluarga Retak
Arie adalah anak kedua dari empat bersaudara. Setelah perceraian orang tuanya pada 1982, hidupnya berubah.
Tino, sang ayah, menikah lagi dengan Santi.
Arie dan saudara-saudaranya diboyong ke rumah kontrakan di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Awalnya, keluarga ini tampak tenteram. Namun, tekanan ekonomi dan amarah tak terkendali mengubah rumah itu menjadi neraka.
Anehnya, kemarahan Tino dan Santi hanya tertuju pada Arie.
Bocah cerdas yang dikenal periang dan pandai matematika itu sering menjadi sasaran kemarahan.
Pada 3 November 1984, ia dituduh mencuri uang Rp1.500. Tidak ada bukti, tapi pukulan, ikatan tali, dan hukuman fisik mendera tubuh mungilnya.
Jeritan Malam yang Diabaikan
Selama beberapa hari, penyiksaan berlanjut. Tetangga mendengar tangisan Arie pada malam 7 November, tapi enggan mencampuri urusan rumah tangga.
Malam itu, ia dituduh lagi mencuri uang Rp8.000.
Pukulan gagang sapu, tamparan, dan ancaman pisau menghujani bocah itu.
Dalam keheningan dini hari, Arie dipaksa berdiri berjam-jam, tubuhnya kedinginan dan lemas.
Sekitar pukul 03.00 WIB, Tino menemukan anaknya tak lagi berdiri.
Arie terbujur kaku. Dengan panik, ia membawa putranya ke RSCM, berdalih terjadi kecelakaan lalu lintas.
Namun, dokter menemukan lebih dari 40 luka di tubuh Arie, bukti penganiayaan brutal.
Duka Nasional
Kabar kematian Arie Hanggara mengguncang publik. Polisi bergerak cepat.
Tino dan Santi ditangkap, diadili, dan divonis masing-masing 5 tahun dan 2 tahun penjara.
Hukuman yang dinilai terlalu ringan membuat masyarakat geram.
Jasad Arie dimakamkan di TPU Jeruk Purut, dengan nisan bertuliskan “Maafkan Papa” dan “Maafkan Mama”, simbol penyesalan yang datang terlambat.
Tragedi ini menginspirasi musikus dan seniman.
Selain lagu Rhoma Irama, Chicha Koeswoyo menyanyikan “Balada Arie Hanggara”, dan Idris Sardi menciptakan musik sendu “Alam Bebas yang Damai”.
Tahun 1985, film “Arie Hanggara” dirilis, memperingati kegetiran peristiwa ini dan memenangkan Piala Citra FFI 1986. (A46 | detikCom)