Sinata.id – Bahaya besar mengintai Timnas Indonesia! Dari sembilan pertemuan terakhir melawan Irak, skuad Garuda hanya mampu mencatat satu kemenangan tipis. Statistik ini menjadi alarm keras jelang duel hidup-mati di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang akan digelar Minggu (12/10/2025) dini hari WIB di Stadion King Abdullah Sport City, Jeddah.
Sejarah berbicara pahit untuk Indonesia. Dari sembilan bentrokan terakhir, Irak memenangkan enam laga, dua berakhir imbang, dan hanya satu yang berhasil dimenangkan oleh Indonesia. Persentase kemenangan Garuda atas Singa Mesopotamia? Hanya 11,1 persen—angka yang membuat bulu kuduk berdiri bagi para pecinta sepak bola nasional.
Lebih menyakitkan lagi, dua laga yang digelar di tempat netral juga berakhir tragis bagi Indonesia. Pada kualifikasi Piala Dunia 1974 di Sydney, Irak menang 3-2. Lalu pada Piala Asia 2023 di Qatar, Garuda takluk 1-3. Seolah di manapun pertandingan digelar, baik di tanah air, markas Irak, maupun lapangan netral, Irak tetap menjadi momok yang sulit dijinakkan.
Mental Garuda Diuji Setelah Luka Arab Saudi
Kekalahan 2-3 dari Arab Saudi di laga sebelumnya membuat langkah Indonesia semakin berat di Grup B. Kini, tim asuhan Patrick Kluivert berada di posisi juru kunci. Namun, atmosfer latihan jelang laga kontra Irak menunjukkan aura perlawanan. Para pemain terlihat lebih tenang, lebih fokus, dan sadar sepenuhnya bahwa inilah momen untuk membalikkan keadaan.
Patrick Kluivert, dengan wajah penuh tekad, mengakui bahwa tekanan datang dari segala arah.
“Kami tahu harapan besar bangsa ini ada di pundak kami. Sekarang saatnya bangkit, melupakan kekalahan, dan menatap laga penting melawan Irak,” ujarnya dalam konferensi pers pra-pertandingan.
Baca Juga: Prediksi Strategi dan Formasi Timnas, Irak Masih Jadi Lawan Angker!
Susunan Terbaik Dikerahkan
Maarten Paes akan kembali berdiri di bawah mistar, menjadi tembok terakhir pertahanan Indonesia.
Empat bek sejajar: Sandy Walsh, Kevin Diks, Jay Idzes, dan Dean James, diharapkan tampil rapat menghadapi kecepatan penyerang Irak yang terkenal agresif.
Di lini tengah, Joey Pelupessy dan Thom Haye menjadi motor pengatur ritme permainan, sementara Ricky Kambuaya diandalkan untuk menembus celah pertahanan lawan.
Dua sayap cepat Miliano Jonathans dan Ragnar Oratmangoen siap meneror dari sisi lapangan, mendukung Ole Romeny sebagai target man utama.
Inilah komposisi yang dianggap paling ideal untuk mengimbangi kekuatan fisik dan taktik cerdas Irak.
Rasa Percaya Diri Irak Tinggi
Bagi Irak, laga kontra Indonesia bukan sekadar pertandingan biasa. Mereka datang dengan misi mempertahankan dominasi. Enam kemenangan dari sembilan pertemuan menjadi bukti nyata bahwa Irak tahu cara memukul Garuda. Dalam lima duel terakhir, Irak bahkan menang dengan skor besar seperti 5-1 (2024) dan 3-1 di Piala Asia.
Formasi 4-4-2 andalan pelatih mereka menampilkan Jalal Hassan di bawah mistar, dengan duet penyerang berbahaya Mohanad Ali dan Ali Al-Hamadi yang siap menguji ketahanan lini belakang Indonesia sejak menit pertama.
Baca Juga: Laga Hidup-Mati Timnas Indonesia vs Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Indonesia Tidak Akan Menyerah
Kapten Jay Idzes mengirim pesan penuh semangat di media sosialnya, “Belum berakhir. Besok kita akan pergi lagi, bersama sebagai satu. Kita adalah orang-orang yang percaya, kita Indonesia.” Kalimat itu kini bergema di seluruh ruang digital, menjadi simbol keyakinan bahwa Garuda belum habis.
Hal serupa juga disampaikan Marc Klok yang menulis, “Pertandingan terakhir belum sesuai harapan, tapi perjuangan belum berakhir. Kita terus berjuang untuk hari esok.”
Evaluasi dan Harapan dari Sang Legenda
Mantan pemain dan pelatih timnas Aji Santoso menilai laga kontra Irak sebagai momen penting pembelajaran.
“Kita sudah sempat unggul atas Arab Saudi tapi kehilangan fokus. Itu pelajaran mahal,” ujarnya.
Menurut Aji, Indonesia harus memperbaiki kedisiplinan bertahan dan tidak mengulangi kesalahan kecil yang berujung fatal.
Aji juga menyoroti keberanian Kluivert memasang Marc Klok sebagai starter.
“Mungkin pelatih punya strategi berbeda, tapi yang penting konsistensi dan fokus. Sepak bola itu 90 menit perjuangan tanpa henti,” tegasnya.
Statistik Jadi Peringatan
Rekor lawas memang membuat Irak tampak angker. Tapi dalam sepak bola, statistik hanya masa lalu.
Di lapangan, semua kembali pada determinasi, strategi, dan kepercayaan diri. Indonesia memang datang sebagai underdog, tapi semangat Garuda selalu punya cerita lain, tentang kebangkitan yang tak pernah berhenti.
Duel dini hari nanti bukan sekadar laga kualifikasi. Ini adalah pertaruhan harga diri, kesempatan untuk menulis ulang sejarah, dan bukti bahwa Garuda tak akan pernah tunduk pada bayang-bayang masa lalu. [zainal/a46/bola]