Namun demikian, operasional komersial RDMP Balikpapan kembali mengalami penyesuaian jadwal.
Kilang raksasa tersebut belum dapat diresmikan sesuai target awal karena masih memerlukan proses sinkronisasi dan uji coba antarsistem yang lebih panjang dari perkiraan.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan, tahapan teknis tersebut menjadi penentu utama sebelum kilang dinyatakan siap beroperasi penuh.
“Masih ada proses penyelarasan dan pengujian sistem di RDMP,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (15/12/2025).
Yuliot belum memastikan tanggal baru peresmian kilang. Ia menyebut keputusan akhir akan bergantung pada hasil evaluasi yang dilakukan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai operator.
Baca Juga: Thailand Putus Aliran Bahan Bakar dan Senjata ke Kamboja
RDMP Balikpapan sendiri diproyeksikan menjadi tulang punggung baru pengolahan energi nasional.
Unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang tengah disiapkan memiliki kapasitas hingga 90.000 barel per hari.
Teknologi ini memungkinkan residu minyak mentah diolah menjadi produk bernilai tinggi, termasuk LPG, bensin, dan propilena.
Ketika beroperasi penuh, RFCC Balikpapan akan menjadi unit terbesar milik Pertamina, melampaui fasilitas serupa di Kilang Cilacap yang berkapasitas 62.000 barel per hari.
Selain itu, kapasitas unit distilasi minyak mentah (CDU) di Balikpapan juga ditingkatkan signifikan, dari 260.000 barel per hari menjadi 360.000 barel per hari.






