Jakarta, Sinata.id – Rencana penyelenggaraan diskusi publik bertajuk “Hukuman Mati & Efek Jera untuk Koruptor” yang sedianya berlangsung pada Senin, 25 Agustus 2025, mendadak dibatalkan. Alasannya, narasumber utama yang dijadwalkan hadir, Wakil Menteri Tenaga Kerja Immanuel Ebenezer, justru ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hanya beberapa hari sebelum acara berlangsung.
Talk show yang digagas Emerson Institute itu semula menarik perhatian luas karena mengangkat isu sensitif: efektivitas hukuman mati sebagai langkah pemberantasan korupsi. Namun, publik dibuat terperangah setelah KPK mengumumkan penangkapan Immanuel Ebenezer melalui operasi tangkap tangan (OTT). Ia diduga terlibat praktik suap dalam proyek strategis pemerintah.
Kabar penangkapan tersebut sontak menjadikan agenda diskusi berubah menjadi bahan olok-olok. Publik menilai ironi itu terlalu nyata: seorang pejabat yang seharusnya berbicara mengenai pemberantasan korupsi malah ditangkap atas dugaan korupsi.
Panitia pelaksana melalui pernyataan resmi yang disampaikan Ricky Soesanto menyampaikan permohonan maaf kepada para pendaftar. Meski begitu, pengumuman pembatalan yang menyebut sang pembicara “sedang mendalami pengalaman langsung” atas tema diskusi justru memicu gelombang sindiran di media sosial. Ribuan warganet menanggapi dengan sarkasme, menyebut kenyataan lebih satir daripada materi talk show yang dijanjikan.
Salah satu komentar viral di platform X menulis, “Tak perlu lagi talk show. Hukuman mati untuk koruptor bisa dimulai dari narasumbernya.”
Acara yang sebelumnya menjanjikan e-sertifikat serta hadiah buku saku antikorupsi itu pun batal sepenuhnya. Hingga kini panitia belum memastikan apakah akan ada pengganti pembicara maupun penjadwalan ulang.
Sejumlah pengamat menilai peristiwa ini mencoreng kredibilitas forum publik yang melibatkan pejabat negara. Kejadian tersebut juga memperlihatkan rapuhnya integritas pejabat publik meski kerap tampil di panggung antikorupsi.
Di sisi lain, ironi ini dinilai semakin menegaskan urgensi wacana pemberian efek jera yang lebih keras bagi pelaku korupsi. Sebab, jika seorang pejabat yang seharusnya menjadi teladan justru terjerat praktik rasuah, maka gagasan hukuman mati bagi koruptor akan semakin kuat mendapat dukungan publik.
Isu hukuman mati sendiri selama ini kerap memunculkan perdebatan. Sebagian pihak menilai langkah tersebut terlalu ekstrem, sementara sebagian lain menilainya sebagai solusi terakhir untuk menekan laju korupsi yang kian merusak bangsa.
Dengan penangkapan Immanuel Ebenezer, masyarakat kini melihat kenyataan yang jauh lebih pahit ketimbang sekadar diskusi, korupsi telah mengakar hingga ke level pejabat tinggi yang seharusnya berdiri di garis depan pemberantasan praktik tersebut. (A46)