Jika tetap mengandalkan prosedur rutin, negara dikhawatirkan selalu tertinggal dari tempo kerusakan yang terus berjalan.
Ia memandang bantuan internasional sebagai penguat kapasitas nasional, bukan ancaman kedaulatan.
Dalam banyak kasus, sokongan global justru mempercepat kerja penyelamatan, distribusi bantuan, dan pemulihan wilayah terdampak.
“Dalam kondisi darurat, kolaborasi lintas negara adalah kebutuhan nyata. Kapasitas birokrasi kita ada batasnya,” kata Usman.
Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa sikap menutup diri berisiko memperlambat proses penyelamatan korban dan pemulihan masyarakat.
Sejarah, menurutnya, telah mencatat bahwa kebangkitan Aceh pascatsunami tidak terlepas dari keterlibatan banyak negara.
“Fakta itu jangan dihapus dari ingatan kolektif kita,” tegasnya.
Usman pun mendorong pemerintah pusat untuk lebih terbuka dan meletakkan kepentingan kemanusiaan di atas kekhawatiran politis.
Dalam situasi kritis, katanya, kecepatan dan ketepatan jauh lebih penting daripada pertimbangan simbolik.
“Kalau bantuan asing bisa memperkuat negara dan menyelamatkan lebih banyak korban, menolaknya justru menjadi kemunduran,” pungkas Usman. [a46]