Sinata.id — Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, publik dikejutkan oleh munculnya tren tak biasa di berbagai wilayah Tanah Air. Sejumlah warga diketahui mengibarkan bendera One Piece, yang menampilkan simbol tengkorak bertopi jerami khas serial anime Jepang, sebagai bentuk ekspresi yang menuai beragam penafsiran.
Fenomena ini menjadi sorotan luas di media sosial. Warganet ramai-ramai menyuarakan niat mereka untuk turut memasang bendera bajak laut fiksi tersebut di depan rumah, kendaraan, bahkan ruang-ruang publik. Di balik tren ini, tersimpan pesan simbolik yang kuat. Banyak dari mereka menganggap pengibaran bendera One Piece sebagai bentuk protes terhadap kondisi sosial dan pemerintahan yang dinilai belum memenuhi harapan rakyat.
Salah seorang pengguna Facebook mengungkapkan, tindakan tersebut bukanlah tanda hilangnya cinta terhadap bangsa. Sebaliknya, ia mempertanyakan makna nasionalisme dalam konteks ketika hak-hak dasar warga negara belum sepenuhnya terpenuhi. “Saya mencintai Indonesia, tapi Tanah Air yang saya cintai adalah tempat saya bisa hidup layak, bukan sekadar membayar pajak tanpa jaminan perlindungan hak,” tulisnya pada Sabtu, 2 Agustus 2025.
Sentimen serupa turut diungkapkan oleh netizen lainnya. Bagi mereka, HUT RI tahun ini tidak lagi terasa sebagai momen perayaan kemerdekaan. “Apa yang bisa kita rayakan kalau rasa merdeka itu sendiri tak pernah benar-benar kita rasakan?” kata salah satu pengguna di media sosial.
Simbol dan Filosofi di Balik Bendera One Piece
Bendera One Piece mengacu pada Jolly Roger, lambang ikonik bajak laut yang telah lama dikenal dalam sejarah maritim dunia. Secara umum, simbol ini terdiri atas gambar tengkorak manusia dengan dua tulang bersilang. Dalam konteks serial One Piece, bendera tersebut telah mengalami berbagai modifikasi, menyesuaikan karakteristik kelompok bajak laut masing-masing.
Menurut informasi dari laman Onepiece.fandom.com, Jolly Roger bukan sekadar lambang kelompok, melainkan simbol identitas yang mencerminkan filosofi dan keberanian untuk melawan arus kekuasaan. Dalam dunia nyata, simbol tengkorak dan tulang bersilang juga lazim digunakan sebagai penanda bahaya, menandai zat beracun atau ancaman mematikan.
Dalam implementasinya di kalangan penggemar One Piece di Indonesia, simbol ini diadopsi dengan penyesuaian kultural. Salah satu bentuk yang paling banyak ditemukan adalah tengkorak bertopi jerami—identik dengan karakter utama Luffy dalam serial tersebut. Topi jerami itu, dalam narasi anime, melambangkan kebebasan, loyalitas terhadap impian, dan semangat pantang menyerah.
Antara Aspirasi Rakyat dan Ekspresi Simbolik
Pengibaran bendera One Piece jelang peringatan kemerdekaan tampaknya tak bisa dilepaskan dari dinamika sosial dan politik yang berkembang. Banyak kalangan muda yang merasa kecewa terhadap situasi bangsa menyuarakan kritik mereka melalui simbol-simbol budaya pop yang dekat dengan keseharian mereka.
Meski menuai perdebatan, sejumlah pihak menilai bahwa fenomena ini mencerminkan bentuk baru nasionalisme—yakni kecintaan terhadap bangsa yang diwujudkan dalam keberanian untuk bersuara, bahkan lewat simbol-simbol nonkonvensional. Alih-alih memudarkan nasionalisme, mereka justru ingin menyuarakan gagasan tentang kemerdekaan sejati yang dirasakan secara menyeluruh, bukan sekadar seremoni tahunan.
Penggunaan bendera One Piece menjadi cermin dari keresahan sosial yang tak boleh diabaikan. Di tengah era digital dan keterbukaan informasi, pesan-pesan simbolik semacam ini memiliki daya sebar yang tinggi dan mampu mengetuk kesadaran kolektif. (*)