oleh: Pdt Mis Ev Danuel Pardede SH MH
Renungan Sarapan Pagi Kristen – Prison Hospital Crusade, Daniel Pardede Ministry
Dalam Mazmur 26:1–3, Raja Daud dengan luar biasa berkata:
“Berilah keadilan kepadaku, ya Tuhan, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada Tuhan aku percaya dengan tidak ragu-ragu. Ujilah aku, Tuhan, dan cobalah aku, selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.”
Sungguh luar biasa seorang Daud, manusia biasa yang berani “berbantah dengan Tuhan”, bahkan sanggup berkata:
1. Ujilah aku;
2. Cobalah aku;
3. Selidikilah aku.
Siapakah di antara kita yang berani mengucapkan tiga hal itu kepada Sang Pencipta kita hari ini? Daud berani karena ia hidup dalam ketulusan dan dalam kebenaran di hadapan Allah. Hanya orang yang tulus dan benar di hadapan Tuhanlah yang sanggup berbicara sejujur itu kepada-Nya.
Demikian juga dengan Mazmur Asaf 73:25–26 yang menegaskan bahwa hanya Allah satu-satunya yang menjadi harapan sejati:
“Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau, selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.”
Ayub: Teladan Iman yang Tak Tergoyahkan
Selain Daud, ada juga Ayub, seorang manusia yang hidup saleh, jujur, penuh kasih, dan beribadah tanpa cela. Ia tidak suka menipu, tidak menerima suap, tidak memfitnah, tidak sombong, serta sabar dan pemaaf. Dalam kesetiaan dan kesalehannya, Ayub tetap beribadah meski kehilangan segalanya — harta, anak-anak, bahkan kesehatannya.
Ia sadar bahwa semua penderitaan yang dialaminya bukan karena iblis semata, tetapi atas seizin Tuhan, sebab ia tahu jika Tuhan tidak mengizinkan, tak ada satu pun kuasa jahat yang dapat menyentuh dirinya.
Ucapan Ayub yang paling menggetarkan hati tercatat dalam Ayub 1:21:
“Dengan telanjang aku keluar dari rahim ibuku, dan dengan telanjang aku kembali ke dalamnya; Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.”
Bahkan ketika istrinya mengejek imannya, Ayub menjawab dengan bijak:
“Apakah kita mau menerima yang baik dari Tuhan, tetapi tidak mau menerima yang tidak baik?”
Hidup Benar dan , Maka Tuhan Akan Membela Perkaramu
Dari kisah Daud dan Ayub, kita belajar bahwa Tuhan bukan hanya melihat doa-doa kita, tetapi menilai hati dan ketulusan hidup kita. Maka jangan pernah bersungut-sungut ketika menghadapi cobaan, kesulitan, atau kerugian.
Ingatlah, Tuhan El Shama hadir dan tahu setiap pergumulanmu. Dia El Jireh, yang akan mencukupkan semua kebutuhanmu; El Rapha, yang menyembuhkan setiap sakitmu; dan El Mukhadesu, yang membela perkaramu dengan keadilan-Nya.
Kuncinya hanya satu: Percaya, tulus beribadah, dan hidup benar di hadapan Tuhan.
“Beranilah diuji oleh Tuhan, sebab ujian itu bukan untuk menjatuhkanmu, melainkan untuk membuktikan ketulusan dan kekuatan imanmu. Seperti Daud dan Ayub, jadilah pribadi yang tetap bersyukur dalam segala hal, karena di balik ujian, Tuhan sedang menyiapkan kemuliaan yang lebih besar.”
Shalom, Tuhan Yesus memberkati. (A27)