Sinata.id – Tekanan jual terhadap Bitcoin belum menunjukkan tanda mereda. Hingga Selasa (16/12/2025), aset kripto terbesar di dunia itu masih bergerak di bawah level US$86.000, memperpanjang tren pelemahan selama lima hari berturut-turut dan membawa harga mendekati titik terendah Desember.
Aksi jual ini terjadi di tengah sikap pasar yang saling berlawanan.
Investor institusi mulai menarik dana dari produk investasi berbasis Bitcoin, sementara di sisi lain ada korporasi besar yang justru memperbesar kepemilikan aset digital tersebut.
Data SoSoValue mencatat, ETF Bitcoin spot mengalami arus keluar dana sebesar US$357,69 juta dalam satu hari pada Senin (15/12/2025).
Angka ini menjadi yang terbesar sejak 20 November lalu.
Arus keluar yang berlanjut berpotensi menambah tekanan pada harga Bitcoin dalam waktu dekat.
Baca Juga: UMKM Terdampak Bencana Bisa Tunda Cicilan KUR dan Ajukan Kredit Baru
Namun, arah berbeda ditunjukkan Strategy Inc. Perusahaan yang dikenal agresif mengoleksi Bitcoin itu kembali menambah cadangan.
Ketua Eksekutif Strategy, Michael Saylor, mengumumkan pembelian 10.645 BTC senilai sekitar US$980 juta.
Transaksi tersebut menyusul pembelian serupa pada pekan sebelumnya, menegaskan komitmen jangka panjang perusahaan meski pasar sedang bergejolak.
Sementara itu, psikologi pasar kripto kian memburuk.
Indeks Ketakutan dan Keserakahan anjlok ke level 11, mendekati zona terendah akhir November.
Angka ini mencerminkan dominasi rasa takut ekstrem di kalangan pelaku pasar, seiring kekhawatiran akan kelanjutan tren penurunan.
Di tengah sentimen negatif tersebut, muncul sinyal yang sedikit menenangkan dari sisi makroekonomi Amerika Serikat.
Analis The Kobeissi Letter menyoroti penurunan tajam saldo Treasury General Account (TGA) ke kisaran US$78 miliar dalam sepekan terakhir.






