Sinata.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Operasi Modifikasi Cuaca di enam provinsi sebagai langkah darurat menghadapi cuaca ekstrem, dengan intervensi langsung terhadap awan hujan untuk menekan risiko banjir dan longsor di wilayah rawan.
BMKG kini mengintervensi pola hujan di enam provinsi sebagai upaya menekan risiko banjir dan longsor yang mengintai sejumlah wilayah rawan.
Operasi ini difokuskan pada pengendalian awan hujan sebelum memasuki kawasan daratan padat penduduk.
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menjelaskan bahwa timnya melakukan penyemaian awan sejak masih berada di wilayah perairan agar hujan turun lebih awal di area yang dinilai aman.
“Begitu awan konvektif terdeteksi bergerak menuju daratan, kami lakukan penyemaian dengan garam agar hujan dilepas di laut. Kalau awan sudah berada di atas wilayah padat seperti Jakarta, digunakan bahan lain untuk memecah awan sehingga potensi hujan lebat bisa ditekan,” kata Teuku Faisal, Selasa (16/12/2025).
Baca Juga: Soal Hunian Korban Bencana, Prabowo: Tak Ada Alasan, Kalau Perlu Pakai Lahan PTPN
Menurutnya, teknologi modifikasi cuaca tidak semata-mata berfungsi mengurangi hujan.
Dalam kondisi tertentu, metode ini juga dapat dimanfaatkan untuk memicu hujan secara terkontrol sesuai kebutuhan wilayah.
Dari evaluasi awal, OMC yang diterapkan di enam provinsi tercatat mampu menekan intensitas curah hujan hingga kisaran 20 sampai 50 persen.
Saat ini, operasi modifikasi cuaca telah berlangsung di Jawa Barat dan Jawa Timur.
BMKG juga bersiap memperluas cakupan ke Lampung, serta membuka peluang pelaksanaan di Bali dan Jawa Tengah, bergantung pada perkembangan dinamika cuaca ekstrem yang terus dimonitor secara real time.
Tak hanya fokus pada hujan, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan di bawah koordinasi Kementerian Perhubungan juga memperkuat sistem informasi cuaca terpadu.
Platform ini dirancang untuk mendukung keselamatan sektor transportasi darat, laut, dan udara, terutama saat cuaca buruk dan gelombang tinggi mengancam aktivitas penerbangan serta pelayaran.
Untuk jalur darat, pemantauan cuaca dilakukan di ruas-ruas utama guna memberikan gambaran kondisi hujan, mendung, atau cerah.
Data ini diharapkan menjadi rujukan penting bagi masyarakat dan pemangku kepentingan dalam menjaga kelancaran mobilitas di tengah cuaca yang tidak menentu.






