Sinata.id – Di tengah maraknya transaksi digital, istilah rekening bersama atau yang lebih populer disebut rekber semakin akrab di telinga masyarakat Indonesia. Bagi para penggiat belanja online, gamer, hingga pebisnis daring, rekber menjadi semacam jembatan pengaman agar transaksi berjalan mulus tanpa harus dibayangi rasa curiga.
Namun, di balik popularitasnya, muncul pula cerita-cerita viral yang mengundang perhatian publik, antara kepuasan pengguna hingga kasus dugaan penipuan yang melibatkan pihak tak bertanggung jawab.
Awal Mula Kemunculan Rekening Bersama
Konsep rekening bersama sejatinya sederhana. Seseorang bertindak sebagai pihak ketiga yang dipercaya untuk menampung uang pembeli.
Setelah barang atau jasa diterima sesuai kesepakatan, dana baru akan diteruskan kepada penjual.
Sistem ini muncul sebagai jawaban atas keresahan masyarakat terhadap tingginya risiko penipuan dalam jual beli online.
Awalnya, rekber lebih populer di kalangan komunitas forum daring, seperti forum jual beli, grup media sosial, hingga platform gim.
Dari sana, konsep ini berkembang luas hingga merambah transaksi lintas kota, bahkan lintas negara.
Cara Kerja Rekening Bersama
Secara garis besar, mekanismenya mirip dengan layanan escrow di luar negeri. Tahapannya biasanya seperti ini:
-
Pembeli dan penjual sepakat menggunakan rekber.
-
Pembeli mentransfer dana ke rekening pihak ketiga.
-
Penjual mengirimkan barang/jasa kepada pembeli.
-
Pembeli melakukan konfirmasi penerimaan.
-
Rekber menyalurkan dana ke penjual.
Dengan pola ini, kepercayaan menjadi faktor utama.
Rekber yang terpercaya biasanya memiliki rekam jejak jelas, testimoni positif, hingga identitas pengelola yang transparan.
Alasan Rekber Jadi Viral
Mengapa rekber bisa menjadi pembicaraan viral di dunia maya? Ada beberapa alasan:
-
Kasus sukses. Banyak pengguna yang merasa aman bertransaksi dengan rekber, lalu membagikan pengalamannya di media sosial.
-
Drama penipuan. Tak sedikit pula kasus rekber abal-abal yang justru membawa lari uang pengguna. Cerita-cerita seperti ini cepat menyebar dan memantik rasa penasaran publik.
-
Tokoh populer. Sejumlah selebritas media sosial hingga influencer gaming pernah mengelola rekber, sehingga meningkatkan popularitas layanan ini.
Fenomena ini membuat rekber bukan sekadar mekanisme transaksi, melainkan juga bahan obrolan di jagat digital.
Risiko yang Mengintai
Meski tampak aman, rekber bukan tanpa risiko.
Dalam sejumlah kasus, pihak ketiga justru menjadi aktor utama penipuan.
Uang pembeli yang seharusnya disalurkan ke penjual hilang begitu saja.
Selain itu, banyak rekber dikelola secara pribadi tanpa regulasi ketat.
Hal ini membuka celah bagi oknum tak bertanggung jawab memanfaatkan celah kepercayaan.
Otoritas keuangan pun mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dan memilih layanan yang terbukti kredibel.
Rekber vs Platform Resmi
Perkembangan e-commerce di Indonesia membuat banyak platform besar akhirnya menghadirkan sistem serupa rekber, meski dengan nama berbeda.
Lazada, Tokopedia, Shopee, hingga Bukalapak, semuanya menggunakan konsep escrow. Bedanya, sistem ini diawasi dan memiliki regulasi jelas.
Jika rekber tradisional bergantung pada kepercayaan personal, maka platform besar menyediakan jaminan perlindungan konsumen yang lebih terukur.
Namun, di luar ekosistem marketplace resmi, rekber pribadi tetap jadi pilihan populer, terutama untuk transaksi barang langka, akun gim, hingga produk kolektor.
Cerita-Cerita Viral Rekber
Tak sedikit kisah viral soal rekber yang menjadi sorotan publik:
-
Kisah sukses. Seorang kolektor barang antik menceritakan bagaimana rekber menyelamatkannya dari potensi kerugian puluhan juta rupiah. Barang yang ia beli ternyata sesuai deskripsi setelah dana ditahan sementara oleh rekber.
-
Kisah kelam. Di sisi lain, seorang pengguna Twitter sempat heboh karena uang puluhan juta rupiahnya lenyap dibawa kabur oleh pengelola rekber. Kasus ini bahkan sempat menjadi trending topic dengan tagar #rekbertipu.
Cerita-cerita semacam ini memperkuat citra rekber sebagai “senjata bermata dua”, bisa jadi solusi, tapi juga bisa berubah jadi malapetaka.
Pengawasan dan Regulasi
Hingga kini, layanan rekber pribadi masih bergerak di area abu-abu hukum.
Tidak ada regulasi khusus yang mengatur mekanisme ini secara detail.
Beberapa pihak menilai perlu adanya kebijakan jelas agar masyarakat tidak mudah tertipu.
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kerap mengingatkan pentingnya literasi digital dalam bertransaksi.
Edukasi publik dianggap lebih efektif ketimbang menutup layanan rekber, mengingat kebutuhan masyarakat akan metode ini masih tinggi.
Tips Aman Menggunakan Rekening Bersama
Agar tidak terjebak dalam praktik rekber abal-abal, berikut sejumlah langkah aman:
-
Pilih rekber terpercaya. Pastikan punya rekam jejak dan ulasan positif.
-
Gunakan jalur komunikasi resmi. Hindari transaksi yang hanya mengandalkan chat pribadi tanpa bukti tertulis.
-
Jangan tergiur tarif murah. Biaya administrasi yang terlalu rendah bisa jadi indikasi modus penipuan.
-
Selalu minta bukti transfer. Simpan dokumentasi agar bisa dijadikan bukti bila terjadi sengketa.
-
Gunakan platform besar bila memungkinkan. Marketplace besar memiliki perlindungan konsumen yang lebih jelas.
Masa Depan Rekening Bersama
Ke depan, rekber diprediksi masih akan bertahan, terutama di luar ekosistem marketplace.
Permintaan akan transaksi aman dalam komunitas khusus, seperti gamer atau kolektor, membuat rekber tetap relevan.
Namun, tren digitalisasi perbankan dan hadirnya dompet digital bisa saja menekan popularitas rekber pribadi.
Apalagi, pemerintah mulai serius mengatur sistem pembayaran digital agar lebih terkontrol.
Rekening bersama kini telah menjelma menjadi fenomena sosial, bukan sekadar metode transaksi.
Di satu sisi, rekber memberi rasa aman dan kepercayaan bagi jutaan pengguna internet. Di sisi lain, kisah penipuan yang ikut mewarnai membuat publik semakin waspada.
Layaknya pisau bermata dua, rekber bisa jadi solusi praktis sekaligus jebakan berbahaya. Semua bergantung pada bijaknya masyarakat memilih, serta kesiapan regulasi untuk menutup celah kejahatan digital. (A46)