Sinata.id – Tiga ilmuwan peraih Nobel Kimia 2025 menciptakan terobosan material berpori yang mampu memanen air dari udara gurun dan menangkap karbon dioksida.
Penemuan kerangka logam-organik (MOF) yang revolusioner ini mengantarkan Omar Yaghi (AS), Richard Robinson (Australia), dan Susumu Kitagawa (Jepang) pada penghargaan akademis tertinggi dunia.
Di balik prestasi gemilangnya, Omar Yaghi justru memulai kehidupan dari kondisi yang sangat memprihatinkan.
Lahir dari keluarga pengungsi Palestina yang terusir dari Gaza selama tragedi Nakba 1948, pria kelahiran Yordania ini menghabiskan masa kecil di rumah sempit tanpa akses air bersih maupun listrik.
Pada usia 15 tahun, dengan kemampuan bahasa Inggris terbatas, ia mengikuti dorongan ayahnya untuk pindah ke Amerika Serikat.
“Tak ada yang seperti ini, sungguh menakjubkan,” ujar Yaghi saat mengetahui penghargaannya melalui telepon dari komite Nobel di bandara Brussels.
Ponselnya terus berdering sejak mendarat, namun ia tetap berkomitmen memimpin sesi ilmiah keesokan harinya.
Melalui penelitian pada 1990-an, Yaghi dan timnya mengembangkan MOF—struktur kristal berpori yang dapat disesuaikan menggunakan berbagai logam dan penghubung organik.
Material ini tidak hanya stabil, tetapi juga mampu menyaring molekul tertentu untuk aplikasi penyimpanan gas beracun hingga katalisis reaksi kimia.
Sebagai profesor UC Berkeley ke-28 yang meraih Nobel, Yaghi menyelesaikan gelar doktor di University of Illinois sebelum menjadi peneliti pascadoktoral di Harvard.
Perjalanan dari pengungsian ke puncak keilmuan ini membuktikan bahwa batasan bukanlah halangan untuk mencapai kecemerlangan. (A58)