Pematangsiantar, Sinata.id – Dari teras rumah, Rosdiana Sihombing, warga Jalan SM Raja, Kelurahan Sukadame, Kecamatan Siantar Utara, Kota Pematangsiantar, sudah sejak lama “menggantungkan hidup” dengan bertenun ulos.
Di teras rumahnya, Rosdiana kerap beraktivitas memadukan benang, hingga selanjutnya menjadi kain (ulos). Alat tenun ulos yang ia pakai, masih tradisional.
Hasuksak, demikian banyak “orang Siantar” (warga Kota Pematangsiantar) menyebut alat tradisional untuk menenun tersebut.
Ditemui saat menenun (marhasuksak), Sabtu 11 Oktober 2025, Rosdiana mengatakan, dirinya telah menggeluti profesi sebagai penenun ulos sejak masih berusia 18 tahun. Saat ini, ia telah berusia 51 tahun.
“Sejak gadis berusia 18 tahun sekitar tahun 1992, sudah mulai belajar menenun ulos. Dulu les dengan biaya 45 ribu sampai kita bisa,” ucap Rosdiana, yang saat ini telah dikaruniai 3 anak.
Selama 33 tahun bertenun, awalnya ia bekerja dengan pihak lain. Hanya saja, usaha tenun ulos tempatnya bekerja diawal profesinya, tutup. Lalu, ibu tiga anak ini pun membuka usaha tenun sendiri.
“Karena usaha itu tutup, jadi buka sendiri. Sudah 9 tahun berjalan. Alat ini juga aku beli, dulu harganya Rp 600 ribu, dan masih bertahan hingga sekarang,” ucap wanita asal Parsoburan, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.
Hasil tenunan berupa ulos, ia jual sekali dalam seminggu. Harganya per lembar Rp 110 ribu. “Jenis ulos ini, ulos Akkola Raja. Dalam seminggu bisa selesai 3 sampai 4 lembar. Tergantung kita yang mengerjakannya,” ujarnya.
Dengan bertenun ulos, Rosdiana tetap mampu menamatkan pendidikan ke tiga anaknya hingga tamat SMA. Sejak 2 tahun lalu, suaminya meninggal.
“Anak saya ada tiga orang. Yang paling kecil baru tamat SMA. Saat ini saya orang tua tunggal, karena suami saya sudah meninggal,” ujarnya.
Rosdiana mengaku belum pernah menerima bantuan dari program UMKM. Katanya, ia ada menerima bantuan, namun bukan berupa bantuan modal. Melainkan, bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH). Kini Rosdiana berharap bantuan modal untuk usahanya. (SN14).