Oleh: Pdt Mis.Ev.Daniel Pardede, SH.MH
*Mazmur 17:8*
“Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku di bawah naungan sayap-Mu.”
Saudaraku, dalam perenungan hari ini kita diingatkan tentang bagaimana Daud dan Ayub, dua tokoh yang pernah berani “berbantah” dengan Tuhan bukan karena kesombongan, tetapi karena keyakinan mereka bahwa hidupnya telah berjalan adil dan benar di hadapan Tuhan. Mereka memiliki hubungan yang begitu dekat dengan Tuhan sehingga mampu berbicara dengan jujur kepada-Nya.
Namun, mereka tetap tidak lepas kendali untuk selalu memohon perlindungan dan pertolongan Tuhan dalam menghadapi musuh-musuh yang timbul karena iri hati, dengki, dan cemburu dari orang lain. Orang yang hidup dalam kebenaran Tuhan akan selalu dilindungi oleh kasih dan keadilan-Nya.
Daud menggambarkan dirinya meminta Tuhan memelihara seperti biji mata.
Kita tahu bahwa biji mata adalah bagian tubuh yang paling sensitif dan berharga. Ia dijaga secara alami—kelopak mata akan segera menutup ketika ada debu kecil mendekat, dan air mata keluar untuk melindunginya dari goresan sekecil apa pun. Demikianlah Tuhan menjaga umat-Nya dengan refleks kasih dan kuasa ilahi, agar tidak satu pun yang jahat mencelakakan mereka tanpa seizin-Nya.
Begitu juga dengan Musa, yang dipelihara Tuhan seperti biji mata ketika memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir *(Ulangan 32:10).* Tak ada bangsa yang dapat mengalahkan mereka, sebab Tuhan telah berfirman bahwa mereka tidak boleh memerangi bangsa yang tidak memerangi mereka — suatu hukum kasih dan keadilan yang Tuhan tanamkan sejak awal.
Dan kepada Israel, Tuhan berjanji dalam *Zakharia 2:5-8:*
> “Aku sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di tengah-tengahnya… Sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Ku.”
Firman ini menegaskan bahwa Tuhan sendiri menjadi pelindung bagi umat-Nya, dan siapa pun yang berani menyentuh mereka, sama saja menyentuh biji mata Tuhan sendiri.
*Pelajaran Bagi Kita*
Pelajaran yang sangat dalam bagi kita bangsa Indonesia dan umat Tuhan di mana pun berada:
Jangan memerangi bangsa yang tidak memerangi kita.
Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari — jangan membuka pertikaian dengan keluarga atau gereja lain yang tidak memusuhi kita.
Jika ada orang yang memulai pertikaian, mintalah hikmat dan pengetahuan dari Tuhan, agar kita tidak tersesat dalam mengambil keputusan dan tetap berjalan dalam kasih dan kebenaran.
Biarlah kita hidup seperti biji mata di hadapan Tuhan — dijaga, dilindungi, dan berharga di mata-Nya.
Tetaplah berlindung di bawah naungan sayap-Nya, sebab di sanalah tempat yang paling aman di seluruh jagad raya.Shalom(A27).