Oleh: Pdt Manser Sagala, M.Th
Hidup di dunia ini sering kali seperti panggung sandiwara. Banyak orang bisa tersenyum di depan wajahmu, namun hatinya penuh racun. Ironisnya, mereka bisa membenci orangnya, tetapi tetap menerima pemberiannya. Inilah bentuk kemunafikan yang halus, namun mematikan.
Alkitab tidak pernah memuji sifat ini. Bahkan, Yesus menegur keras orang-orang Farisi yang pandai menutupi hati busuk dengan topeng kebaikan.
5 Ciri Orang Munafik yang Harus Diwaspadai
1. Lidah manis, hati pahit
Mereka pandai memuji di depan, tapi menyimpan maki di hati.
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” (Matius 15:8)
2. Menerima pemberian, menolak pribadinya
Barang dihargai, tapi orang yang memberi diremehkan. Materi dianggap lebih penting daripada manusia.
3. Ramah hanya demi citra
Senyum dan sopan santun bukan lahir dari ketulusan, melainkan sekadar strategi pencitraan.
“Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.” (Roma 16:18)
4. Bersahabat demi keuntungan
Kedekatan hanya dijadikan alat untuk mengeruk manfaat. Jika sumber keuntungan hilang, hubungan pun dibuang.
5. Mengukur manusia dari isi tangan, bukan isi hati
Yang dihargai bukan siapa dirimu, melainkan apa yang kamu bawa. Kasih dan ketulusan dikalahkan oleh angka dan jumlah.
Jangan sampai kita menjadi orang seperti ini. Tuhan tidak menilai kita dari senyum palsu atau kata-kata manis, tetapi dari hati yang tulus dan kasih yang murni.
Lebih baik miskin namun jujur, daripada kaya dalam kemunafikan. Karena apa yang tertutup akan dibuka, dan apa yang tersembunyi akan dibongkar.
“Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.” ( Lukas 12:2)
Jangan lupa bersyukur, sebab Tuhan itu baik adanya.
Tuhan Yesus memberkati
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23) Haleluya. (A27)