Sinata.id – Di saat indeks saham berguguran dan nilai tukar melemah, pasar komoditas justru menyisakan kejutan. Harga emas melaju dan memecahkan rekor baru, menunjukkan tingginya kecemasan investor terhadap risiko global dan ancaman resesi yang semakin nyata.
Indeks saham dan mata uang banyak negara merosot tajam bak terbakar sentimen negatif, komoditas emas justru tampil sebagai bintang penyelamat. Logam mulia itu terus memecahkan rekor harga dan menjadi pelarian favorit investor global.
Hingga Jumat sore (17/10/2025) pukul 15.21 WIB, suasana di lantai bursa Asia bak dilanda kepanikan massal.
Indeks Nikkei 225 Jepang longsor 2,24%, Shanghai Composite China jatuh 1,95%, SET Thailand minus 1,07%, KLCI Malaysia tergelincir 0,4%, Straits Times Singapura turun 0,77%, dan IHSG Indonesia terperosok dalam-dalam hingga 2,62% hanya dalam satu hari perdagangan.
Kemerosotan serempak juga terjadi pada mata uang Asia. Yuan China melemah 0,06% terhadap dolar AS, disusul won Korea Selatan minus 0,59%, dolar Taiwan 0,03%, baht Thailand 0,21%, ringgit Malaysia 0,58%, dolar Singapura 0,05%, dan rupiah ikut terpukul meski tipis hanya 0,03%.
Indeks berjangka Wall Street mengarah turun menjelang pembukaan bursa Amerika Serikat. Pada pukul 15.27 WIB, S&P 500 ambruk 1,22%, Dow Jones terkoreksi 0,93%, dan Nasdaq 100 rontok 1,39%.
Pemicu kegaduhan ini datang dari dua bank di Amerika Serikat dikabarkan terseret kasus dugaan penggelapan kredit. Situasi tersebut memunculkan kembali kecemasan publik terhadap kesehatan sektor perbankan.
“Sudah terlihat tanda-tanda pelonggaran berlebihan dalam standar kredit,” ujar Raphael Thuin, Head of Capital Market Strategies Tikehau Capital, dilansi Bloomberg.
Ia menambahkan, sentimen negatif semakin parah karena investor juga mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah pasar saham reli cukup panjang. S&P 500 bahkan sudah naik lebih dari 11% sejak awal tahun.
“Dengan valuasi yang sudah tinggi, wajar banyak yang mengamankan keuntungan menjelang akhir pekan,” lanjut Thuin.
Di tengah kejatuhan aset risiko, emas justru melesat gagah perkasa. Hingga pukul 15.34 WIB, harga emas spot dunia naik 0,13% ke level US$ 4.334 per troy ounce, sebuah rekor tertinggi sepanjang sejarah perdagangan emas.
Lonjakan logam mulia ini tak berdiri sendiri. Secara mingguan harga emas sudah terbang 8,05%, dan melompat 19% hanya dalam satu bulan terakhir. Para analis sepakat, emas kini kembali menjadi “komoditas pelarian” atau safe haven di saat pasar dilanda ketidakpastian.
Selain faktor perbankan Amerika, tensi geopolitik turut memukul psikologi pasar. Hubungan Amerika Serikat dan China kembali memanas, memicu arus besar pelarian dana ke aset aman seperti emas.
Setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa negaranya “sudah masuk fase perang dagang” dengan China, kini giliran Beijing menyampaikan balasan tegas.
Menteri Perdagangan China Wang Wentao menyalahkan AS sebagai biang ketegangan terbaru, menyatakan bahwa Washington melanggar kesepakatan Madrid yang dicapai bulan lalu.
“Fluktuasi hubungan AS–China belakangan ini sebagian besar akibat kebijakan restriktif Amerika terhadap China, bahkan setelah dialog resmi di Madrid,” kata Wang dalam pertemuan dengan CEO Apple Inc, Tim Cook, di Beijing. [zainal/a46]