Sinata.id – Ketika pelatih biasanya berusaha membakar semangat tim dengan kata-kata optimistis, Enzo Maresca justru memilih blak-blakan. Sang pelatih Chelsea itu mengaku mustahil bagi timnya mengejar Liverpool di perburuan gelar Premier League musim ini.
Komentar itu bukan sekadar bentuk kejujuran, tapi juga sinyal betapa berat beban yang kini dipikul The Blues. Bagi sebagian fans, ini terdengar seperti menyerah sebelum perang usai.
Namun, bagi pengamat, apa yang diucapkan Maresca hanyalah realitas yang selama ini sudah mereka prediksi, Chelsea memang belum siap bersaing di level teratas.
Standar yang Sulit Disamai
Maresca tak ragu menunjuk Liverpool sebagai tim yang levelnya di atas semua rival. Dengan konsistensi yang ditunjukkan sejak musim lalu, The Reds dianggap nyaris tak tersentuh.
“Jika mereka terus seperti ini, mustahil untuk mengejar. Bukan hanya Chelsea, tapi semua klub,” ucapnya.
Di balik performa yang naik-turun, isu kelelahan sempat mencuat.
Tetapi Maresca justru menunjuk faktor lain, kartu merah. Ia menilai bermain hampir seratus menit dengan sepuluh orang jelas merusak keseimbangan tim.
“Kami punya 70% penguasaan bola saat 10 lawan 10. Tapi ketika 11 lawan 10, justru kami hanya pegang 20%. Itu masalahnya,” kata Maresca..
Krisis Cedera yang Tak Kunjung Usai
Lebih jauh, Maresca mengeluhkan badai cedera yang mengikat tangannya.
Dengan Romeo Lavia dan Dario Essugo menepi, opsi rotasi di lini tengah semakin tipis. Moises Caicedo bahkan dipaksa tampil terus tanpa jeda.
Ini jelas bukan skenario ideal bagi tim yang berambisi bangkit.
Ketika kualitas pelapis tak mampu menutup celah, beban pemain inti semakin berat, dan risiko cedera lanjutan pun meningkat.
Kambing Hitam Baru
Di akhir penjelasannya, Maresca menyebut faktor eksternal, jadwal Piala Dunia Antarklub.
Ia yakin padatnya agenda baru itu berkontribusi pada meningkatnya jumlah pemain cedera.
“Saya tidak percaya ini terjadi secara acak. Jumlah cedera yang kami alami adalah konsekuensi dari situasi baru ini,” tegasnya.
Dengan nada keluhan itu, Maresca seolah mengirim pesan bahwa Chelsea bukan hanya kalah di lapangan, tapi juga dalam perang melawan kalender kompetisi yang kian padat.
Pernyataan Maresca mungkin terdengar pahit bagi pendukung Chelsea, tapi di sisi lain ini adalah potret kejujuran yang jarang dimiliki pelatih. Ia tidak menutup-nutupi kelemahan tim, tidak pula menyebar janji kosong. (A46)