Sinata.id – Ada aroma pembalasan diri di Stadio Friuli ketika AC Milan membungkam Udinese dengan skor telak 3-0. Bukan hanya karena tiga gol yang lahir lewat Christian Pulisic dan Youssouf Fofana, tetapi karena sorotan tajam kini beralih pada sosok yang sebelumnya dihujani kritik, Pervis Estupinan. Sang bek kiri Ekuador kini tampil sebagai senjata baru Rossoneri, dan bahkan legenda Milan, Alessandro Costacurta, tak ragu memberikan pujian.
Sejak menit awal, skuad Massimiliano Allegri memperlihatkan dominasi. Pulisic, yang menjadi motor serangan, membuka pesta di menit ke-39. Gerakannya memecah kebuntuan, dan gol keduanya di menit ke-53 mengunci keunggulan. Youssouf Fofana melengkapi keunggulan dengan sepakan klinis di menit ke-46, sebuah kombinasi kekuatan lini tengah dan kreativitas sayap yang membuat Udinese tak berdaya.
Dari Sasaran Kritik Jadi Ancaman Mematikan
Namun, di balik gemuruh gol-gol itu, ada kisah kebangkitan Estupinan. Di awal musim, namanya sering disebut sebagai titik lemah Milan. Beberapa penampilan kurang meyakinkan membuatnya jadi sasaran kritik fans dan pengamat. Tetapi malam di Friuli mengubah narasi itu. Estupinan tampil percaya diri, agresif dalam duel bertahan, dan berani maju membantu serangan. Gol pembuka Pulisic bahkan bermula dari pergerakannya, umpan cermat ke kotak penalti yang meruntuhkan pertahanan Udinese.
Tiga peluang ia ciptakan lewat overlap-nya di sisi kiri. Udinese dipaksa bertahan lebih dalam, membuka ruang bagi lini tengah Milan untuk mendikte tempo. Estupinan tak lagi sekadar bertahan; ia menjadi katalis yang memperkaya variasi serangan Allegri.
Validasi Seorang Legenda
Alessandro Costacurta, sosok yang tahu betul kerasnya tuntutan mengenakan seragam merah-hitam, menegaskan perubahan ini. “Estupinan semakin membaik. Setelah pertandingan pertama, mungkin ia terlalu banyak dikritik,” ujarnya via Sky Italia. Pujian ini bukan sekadar basa-basi; bagi seorang bek muda yang berjuang keluar dari tekanan, komentar legenda adalah suntikan moral luar biasa.
Analisis Kritis
Kebangkitan Estupinan tentu melegakan bagi Allegri. Namun, satu pertandingan impresif belum cukup. Serie A adalah maraton, bukan sprint. Konsistensi, terutama melawan tim-tim besar, akan menentukan apakah Estupinan benar-benar menjadi senjata andalan Milan, atau sekadar bintang sesaat. Dengan kalender ketat yang menanti, penggemar Rossoneri berharap performa ini bukanlah kebetulan.
Kemenangan 3-0 Milan atas Udinese memberi lebih dari sekadar tiga poin. Ini adalah cerita tentang pembuktian diri. Pulisic menegaskan statusnya sebagai penggerak utama, Fofana menunjukkan efektivitasnya di lini tengah, dan Estupinan kini ia bukan lagi target kritik, melainkan ancaman nyata. Jika ia terus mempertahankan performa seperti ini, sisi kiri Milan akan menjadi momok bagi siapa pun di Serie A. Sebuah transformasi yang patut disaksikan, dan, seperti kata Costacurta, “ini patut disorot.” (A46)