Pematangsiantar, Sinata.id – Di tengah menjamurnya budaya modern, sebuah seni bela diri khas Simalungun, dihar, nyaris terlupakan. Minat generasi muda terhadap warisan leluhur ini kian memudar. Sehingga perlu untuk dilestarikan.
Namun, semangat seorang pemuda 21 tahun, Fauzi Damanik, membawa harapan baru untuk menghidupkan kembali dihar. Sementara dihar adalah seni bela diri yang merupakan warisan budaya Simalungun.
Hingga saat ini, Fauzi tetap setia melatih anak-anak belajar seni bela diri dihar. Biasanya latihan digelar dua kali dalam sepekan. Latihan setiap Rabu dilakukan di Jalan SM Raja, dan Sabtu di Monumen Sangnaualuh, pukul 15.00 WIB.
Motivasi Fauzi cukup sederhana untuk itu. Ia ingin melestarikan budaya Simalungun. “Tugas kita untuk melestarikan. Karena banyak yang tidak mengenal dihar ini,” ujar mahasiswa USI tersebut, Sabtu (8/11/2025).
Keprihatinannya akan punahnya silat khas Simalungun ini mendorongnya untuk menumbuhkan semangat anak muda. Ia menggeluti dihar sejak masih duduk di bangku kelas 5 SD.
“Sudah menggeluti dari anak-anak kelas V SD. Dulu saya belajar di Sanggar Sayur Matua, di Nagori Dolok, Kecamatan Silau Kahean,” ucap Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil tersebut.
Saat ini, Fauzi aktif tergabung dalam Sanggar Sigara Dancer yang konsen melatih keluarga besar Tumpuan Damanik Boru Panogolan (TDBP) Siantar Simalungun. Di sanggar inilah, ia dan para peserta lain secara rutin melaksanakan latihan.
Fauzi menjelaskan, dihar memiliki kekhasan dalam tekniknya, yang terdiri dari dua belas langkah. Ia meyakini, dengan ketekunan, ilmu bela diri ini dapat dikuasai dalam waktu yang lumayan singkat.
“Kalau ulet untuk mengikuti latihannya, dalam waktu kurang lebih satu setengah tahun sudah bisa menguasai semua teknik Dihar,” kata Pria asal Nagori Dolok itu. (SN14).