Sinata.id – Perkembangan era digital membuka peluang baru bagi generasi muda Indonesia untuk menjadikan hobi sebagai sarana memperoleh penghasilan. Fenomena ini dikenal dengan istilah passion economy, sebuah tren global yang memperlihatkan bagaimana minat dan kegemaran pribadi dapat diolah menjadi karya bernilai ekonomi.
Bagi sebagian masyarakat, istilah tersebut mungkin terdengar asing. Namun, contoh konkretnya mudah ditemui di sekitar kita, terutama melalui para kreator konten yang awalnya sekadar membagikan kesukaan pribadi, lalu berkembang menjadi figur publik dengan jumlah pengikut yang besar.
Salah satu nama yang kerap dikaitkan dengan fenomena ini adalah Nessie Judge. Melalui kanal YouTube, ia berhasil mengubah ketertarikannya pada sejarah dan kisah misteri menjadi tontonan populer dengan gaya bercerita khas yang mampu menarik jutaan penonton. Keberhasilan Nessie menjadi bukti bahwa konsistensi dalam mengelola minat dapat melahirkan identitas sekaligus menjadi sumber penghasilan.
“Modal utama bukanlah uang, melainkan keberanian mengekspresikan diri dan membangun hubungan dengan audiens,” demikian penjelasan Mighty Networks yang dikutip Sinata.id pada Senin, 25 Agustus 2025.
Contoh lain datang dari Windah Basudara, seorang streamer gim yang dikenal akrab dengan komunitas penggemarnya. Daya tarik Windah tidak hanya terletak pada kemampuannya bermain gim, tetapi juga pada interaksi hangat serta humor khas yang menumbuhkan kedekatan emosional dengan para penontonnya.
Sementara itu, Fadil Jaidi bersama sang ayah, Pak Muh, menghadirkan pendekatan berbeda melalui konten keluarga yang spontan dan apa adanya. Justru kesederhanaan itulah yang membuat audiens merasa dekat dan terhubung dengan mereka.
Gen Z sebagai Motor Utama
Kemunculan passion economy erat kaitannya dengan generasi Z. Terlahir di era digital, generasi ini tumbuh bersama media sosial dan terbiasa menyalurkan kreativitas melalui platform daring.
Pandemi Covid-19 turut mempercepat tren ini. Ketika banyak orang harus bekerja dari rumah, muncul kesadaran baru bahwa mencari penghasilan tidak selalu harus dilakukan di kantor. Sejak saat itu, pekerjaan berbasis hobi dan kreativitas semakin dipandang sebagai pilihan yang fleksibel sekaligus relevan dengan kebutuhan zaman.
Kemajuan media sosial dan platform digital kini memudahkan siapa pun untuk memonetisasi keterampilan yang dimiliki. Tidak perlu menjadi selebritas dengan nama besar, cukup menyajikan konten unik secara konsisten, peluang untuk memperoleh penghasilan terbuka luas bagi setiap kreator. (A46)